Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: Garuda Indonesia
Kab/Kota: Beijing
Tokoh Terkait
Investor Gusar Jelang Pidato The Fed, Rupiah Melemah Lagi?
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan kemarin, Selasa (20/6/2023) mata uang Garuda ditutup Rp 14.995/US$, melemah tipis 0,03% di pasar spot. Rupiah pun sempat menyentuh kisaran level Rp 15.000/US$ kemarin. Pelemahan kemarin sempat menjadi yang paling parah sejak akhir Maret atau dua setengah bulan lalu.
Aliran dana keluar asing menjadi faktor pelemahan rupiah. Dari pasar surat berharga negara (SBN), pada perdagangan kemarin harganya kembali melemah, menandakan bahwa imbal hasil (yield) kembali naik menjadi tanda dilepas oleh investor. Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara terpantau naik 3,5 basis poin (bp) menjadi 6,345%.
Sementara di pasar saham, Investor asing masih mencatatkan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 409,63 miliar di seluruh pasar pada perdagangan kemarin
Aksi jual asing lagi-lagi masih dipengaruhi ketidakpastian eksternal. Hari ini investor cenderung wait and testimoni atau pidato dari Ketua The Fed, Jerome Powell di hadapan Kongres pada malam hari ini waktu Indonesia, untuk menjadi petunjuk tentang seberapa kuat perlunya melanjutkan kenaikan suku bunga setelah The Fed menahan suku bunga acuannya pada pekan lalu.
Namun, banyak yang mengharapkan Powell dan pejabat The Fed lainnya akan berbicara terkait inflasi yang masih tinggi dan menegaskan kembali kebutuhan untuk melanjutkan kenaikan suku bunga.
Di sisi lain, Bank Indonesia diperkirakan akan menahan suku bunga di level hingga 5,75%. Bank Indonesia (BI) akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada pada Rabu dan Kamis pekan ini (21-22 Juni 2023).
Polling CNBC Indonesia yang melibatkan 13 institusi memperkirakan BI akan menahan suku bunga di level 5,75%. Suku bunga Deposit Facility kini berada di posisi 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.
Dengan suku bunga yang tetap sementara AS masih berpotensi naik maka real rate antara Indonesia dan AS bisa semakin tergerus.
Selain itu, investor juga merespons terkait perkembangan geopolitik AS-China, di mana keduanya sepakat untuk meredam rivalitas mereka sehingga tidak mengarah ke konflik.
Hal ini disepakati dalam kunjungan Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Anthony Blinken ke Beijing, Senin awal pekan ini..
"Kedua belah pihak juga telah membuat kemajuan dan mencapai kesepakatan mengenai beberapa masalah tertentu. Ini sangat bagus," kata Xi kepada Blinken, dikutip Reuters.
Teknikal Rupiah
Secara teknikal dan basis per jam, pergerakan mata uang rupiah melawan dolar AS terpantau masih dalam tren naik mengikuti rata-rata selama 20 jam atau moving average 20 (MA20). Posisi garis MA tersebut juga bertepatan dengan penutupan kemarin di Rp14.995/US$.
Posisi tersebut semakin mendekati level psikologis di Rp15.000/US$, untuk posisi resistance menggunakan high yang sempat teruji kemarin di Rp15.050/US$ menjadi level yang perlu diantisipasi karena potensi pelemahan rupiah yang masih bisa berlanjut.
Sementara, menggunakan posisi garis rata-rata selanjutnya pada Moving Average 50 (MA50) di Rp14.970/US$ menjadi level support yang bisa diuji jika rupiah balik menguat.
Foto: TradingviewPergerakan rupiah melawan dolar AS
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[-]
-
Duh! China Masih Bakal Jadi Beban Rupiah(tsn/tsn)
Sentimen: negatif (99%)