Mau Gusur AS, Perancis dan Inggris Adu Rayu Bos AI
CNBCindonesia.com Jenis Media: Tekno
Jakarta, CNBC Indonesia - Perancis percaya diri mengklaim negaranya sebagai pengembangan teknologi kecerdasan buatan atau AI di Eropa. Pemerintah setempat sesumbar akan mendukung teknologi yang berkembang pesat dan mendulang popularitas sejak akhir 2022 tersebut.
"Saya pikir kami nomor satu [di AI] di benua Eropa, dan kami akan terus menggenjot teknologi ini," kata Presiden Prancis Emmanuel Macron, dikutip dari CNBC International, Senin (19/6/2023).
Mereka ingin memposisikan diri sebagai pusat AI karena teknologinya tersebut dipandang revolusioner. Perancis juga menilai AI akan menjadi penentu kepentingan strategis di seluruh dunia.
AI dipandang sebagai industri yang berdampak di semua sektor, mulai dari keuangan hingga perawatan kesehatan. Namun, Perancis enggan terjebak di tengah pertarungan teknologi yang lebih luas antara China dan AS.
Kehebohan seputar AI sebagian dipicu karena viralnya chatbot AI ChatGPT dari perusahaan AS OpenAI.
AI menjadi perbincangan semua orang yang datang di konferensi teknologi tahunan Perancis, Viva Tech. Mulai dari perusahaan rintisan hingga perusahaan teknologi mapan, bersama dengan perusahaan dari berbagai industri seperti kosmetik dan perbankan.
Macron, Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire, dan Menteri Digital Jean-Noel Barrot yang menghadiri acara tersebut, menyatakan dukungan pemerintah terhadap perkembangan teknologi Prancis.
"Kami akan berinvestasi gila-gilaan pada pelatihan dan penelitian [AI]," kata Macron kepada CNBC Internasional.
Ia menambahkan, Perancis memiliki posisi yang unggul dalam pengembangan AI karena ekosistem yang matang untuk talenta dan startup teknologi.
AS memang masih dipandang sebagai pemimpin AI. Namun, Perancis berharap untuk mengejar ketinggalan tersebut.
"Percayalah, AS memang nomor satu. Saya ingin kita menjembatani kesenjangan dengan jelas dan berinvestasi lebih banyak, mengembangkan lebih banyak, dan mempercepat lebih banyak lagi," kata Macron.
Perusahaan AS saat ini memang mendominasi percakapan seputar AI, dengan nama-nama seperti Microsoft - yang berinvestasi di OpenAI - dan pembuat chip Nvidia sebagai penyokong.
Perancis tidak memiliki raksasa AI seperti AS, tetapi mereka ingin menciptakan dua atau tiga pemain global besar" dalam teknologi tersebut, pungkas Macron.
Inggris Lebih Dulu AmbisiuSebelumnya, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak mengatakan pihaknya mendukung penuh pengembangan teknologi AI. Bahkan, Inggris bakal menjadi tuan rumah pertemuan tingkat tinggi (KTT/summit) pada akhir tahun ini untuk membahas koordinasi internasional guna mengatasi risiko AI.
Sunak juga menyetujui usulan CEO OpenAI Sam Altman untuk membentuk lembaga internasional dalam mengawasi AI. Menurut Altman, dibutuhkan koordinasi dan kolaborasi erat antar pemangku kebijakan di seluruh dunia untuk mewujudkan lembaga tersebut.
Ia mengatakan pola dan metodi lembaga khusus itu bisa mencontoh IAEA, yakni lembaga pengawasan energi nuklir. Pasalnya, Altman menganggap AI serupa dengan nuklir. Keduanya membawa banyak manfaat, tetapi bisa berdampak fatal jika disalahgunakan.
Menanggapi saran tersebut, Sekjen PBB Antonio Guterres buka suara. Menurut dia, peringatan dari Altman dan beberapa eksekutif teknologi lainnya perlu direspons dengan serius.
"Sudah banyak masukan soal risiko pengembangan teknologi AI dalam bentuk baru, yakni AI generatif. Alarm paling keras datang dari pihak-pihak yang mengembangkannya," kata dia, dikutip dari Reuters.
"Kita semua harus menanggapi peringatan itu dengan serius," ia menambahkan.
Ia mengumumkan rencana untuk mulai menggenjot pengawasan global terhadap AI mulai akhir tahun ini. Salah satunya dengan membentuk badan penasihat AI tingkat tinggi yang secara rutin meninjau aturan soal tata kelola AI.
Guterres juga mengatakan setuju dengan rencana KTT di Inggris. Namun, ia mewanti-wanti agar pertemuan itu digarap serius.
[-]
-
Standar CIA, Ini Kecanggihan Teknologi Buatan Startup RI(fab/fab)
Sentimen: positif (40%)