Pekan Ini Bikin Galau! IHSG Menguat Tipis, Rupiah Masih Jatuh
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan pekan ini mencatatkan kinerja yang beragam. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya menguat tipis dan mata uang Tanah Air kembali mengalami koreksi. Sentimen yang mewarnai pasar tentu tak jauh-jauh dari The Fed.
Dalam sepekan IHSG tercatat menguat tipis 0,07% sepekan ke posisi 6.698,55. Dalam 5 hari perdagangan, Indeks hanya mencatatkan 2 kali penguatan yakni pada awal pekan dan pada perdagangan Kamis (15/6/2023) masing-masing penguatannya 0,42% dan 0,21%.
Sepekan terakhir, data pasar menunjukkan investor asing melakukan aksi beli bersih (net sell) senilai Rp 1,48 triliun di pasar reguler.
Pada perdagangan akhir pekan Jumat (16/6/2023) IHSG mengakhiri perdagangan dengan koreksi 0,23%. Meski mendapat suntikan positif dari Wall Street Indeks tak mampu terangkat.
Investor saat ini tengah memperhatikan dampak kebijakan The Fed yang menahan suku bunga namun tetap memberikan sinyal kenaikan ke depan. Artinya, gonjang-ganjing ekonomi memang belum berakhir.
Sementara dari sisi rupiah, dalam sepekan mengalami koreksi 0,64% ke posisi Rp 14.930/US$. Melansir data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan di Rp 14.930/US$, menguat tipis 0,07% di pasar spot.
Indeks dolar AS pada perdagangan Kamis anjlok hingga 0,8% ke 102,11, kurang dari 24 jam setelah bank sentral AS (The Fed) memberikan proyeksi yang hawkish.
Indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini sebelumnya sempat naik ke 103,37 merespon sikap The Fed. Namun, data ekonomi yang dirilis menunjukkan perekonomian Amerika Serikat mulai melambat, membuat indeks dolar AS berbalik arah.
The Fed memutuskan mempertahankan suku bunga acuannya di 5% - 5,25%, tetapi memberikan sinyal akan ada kenaikan lagi di sisa tahun ini.
Dalam pengumuman kebijakan moneter tersebut, The Fed juga merilis dot plot yang menunjukkan suku bunga bisa dinaikkan lagi di sisa tahun ini. Dot plottersebut menunjukkan suku bunga bisa berada 5,6% atau di rentang 5,5% - 5,75%. Artinya, masih ada kemungkinan kenaikan dua kali lagi masing-masing sebesar 25 basis poin.
Tidak hanya dinaikkan, suku bunga tinggi akan dipertahankan dalam waktu yang lama. Hal itu diungkapkan oleh ketua The Fed, Jerome Powell.
Dalamdot plotbisa dilihat tidak ada satu anggota Komite (FOMC) yang menginginkan suku bunga akan dipangkas tahun ini.
"Pemangkasan suku bunga akan tepat dilakukan saat inflasi turun secara signifikan. Dan sekali lagi, kita berbicara beberapa tahun ke depan," kata Powell.
Dari dalam negeri, pasca pengumuman kebijakan The Fed pasar keuangan relatif sepi sentimen. Kondisi ekonomi dalam negeri sudah sangat mendukung bagi masuknya investor asing. Inflasi yang terus melandai dan pertumbuhan ekonomi yang masih kencang pada kuartal I-2023 bisa menjadi daya tarik.
Namun, berbagai ketidakpastian global masih menahan investor asing masuk kembali ke pasar keuangan Tanah Air, terutama ke pasar saham dan rupiah.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
-
Simak Pergerakan IHSG Sepekan, Seperti Huruf "V"
(aum/aum)
Sentimen: negatif (61.5%)