Review Bloodhounds: Drakor Gebuk-Gebukan yang Mantap!
Detik.com Jenis Media: Hiburan
Jakarta -
Kim Gun-woo (Woo Do-hwan) adalah seorang petinju kelas bawah yang struggling untuk membantu ibunya. Pandemi COVID-19 membuat susah semua orang, termasuk bisnis café ibunya yang sepi. Hari itu di pertandingan tinju, Gun-woo bertemu dengan Hong Woo-jin (Lee Sang-yi) di final. Tidak seperti Gun-woo yang santai dan berusaha keras tidak mencuri perhatian, Woo-jin adalah kebalikannya. Dia mencintai atensi dan kamera. Gun-woo akhirnya memenangkan pertandingan dan berhasil mendapatkan hadiah. Ia kemudian menraktir Woo-jin makan meskipun ia adalah lawannya. Ini adalah awal pondasi karena dari sini Bloodhounds menempatkan kedua orang ini di posisi yang susah.
Kalau Anda menonton The Divine Fury atau Midnight Runner, salah satu buddy comedy terbaik Korea Selatan, Anda pasti familiar dengan nama penulis-sutradara Kim Joo-hwan. Kemampuannya untuk membuat karakter yang mudah untuk disukai, plot yang enak diikuti tapi tetap kompleks dan keahliannya merangkai adegan membuatnya menjadi salah satu pembuat film yang paling saya tunggu karyanya. Bloodhounds, serial terbaru Netflix yang menjadi karya terbarunya, juga bukan pengecualian. Dari awal sampai akhir serial ini sungguh asyik untuk diikuti.
Dengan delapan episode, Bloodhounds tidak pernah bertele-tele untuk menunjukkan siapa yang jahat disini. Park Sung-woong berperan sebagai Kim Myeong-gil, CEO dari sebuah perusahaan bernama Smile Capital. Targetnya adalah pengusaha bisnis kecil yang saat pandemi butuh sekali cashflow. Dengan kata-kata yang menarik hati dan janji-janji yang too good to be true, Smile Capital menarget para pengusaha kecil untuk pinjam uang ke mereka. Tentu saja agen Smile Capital tidak menyebutkan detail yang jelas soal peminjaman ini.
Yoon So-yeon (Yoon Yoo-sun), ibu Gun-woo, merasa seperti menemukan jalan keluarnya ketika ia didatangi oleh salah satu agen Smile Capital. Yang ia tidak tahu, bunga yang diminta Smile Capital lebih besar dari bank. Kalau gagal membayar, mereka tidak segan-segan untuk mengacaukan tempat si peminjam uang. Malam itu, Gun-woo menyaksikan para preman bawahan Myeong-gil datang dan mengacaukan kafe ibunya. Dengan "hadiah" berupa luka di pipi, sekarang Gun-woo memiliki musuh yang jelas harus dikalahkan.
Seperti halnya Midnight Runners, hal yang paling kentara dari karya Kim Joo-hwan adalah bagaimana dia membuat karakternya semenarik mungkin. Dalam genre action seperti halnya Bloodhounds, sangat mudah bagi saya sebagai penonton untuk mendukung penuh apa yang dilakukan oleh Gun-woo karena Joo-hwan melukis karakternya dengan sangat baik. Dari awal kemunculannya (menyingkirkan bapak-bapak mabuk dari penumpang bis), Gun-woo sudah mencuri perhatian. Kontras antara sikapnya yang ramah dan tutur katanya yang lemah lembut dengan kemampuannya bertarung membuatnya menjadi jagoan yang mudah untuk dicintai.
Hal yang sama juga bisa dilihat di Woo-jin. Tidak seperti Gun-woo yang lemah lembut, Woo-jin lebih kasar dan begajulan. Woo-jin yang digambarkan mempunyai banyak koneksi membuat dunia Gun-woo menjadi lebih lebar. Bloodhounds memang sebuah drama aksi yang serius tapi kehadiran Woo-jin membuat serial ini menjadi seru karena humornya cukup penting untuk meregangkan otot. Duo antara Gun-woo dan Woo-jin inilah yang akhirnya menjadikan Bloodhounds dari awal sampai akhir nikmat untuk disantap.
Secara plot, Bloodhounds memang tidak kompleks. Masalahnya jelas, musuhnya jelas, apa yang harus dilakukan oleh tokoh utamanya jelas. Tapi dari episode pertama, saya tahu bahwa serial ini akan memuaskan dahaga para pecinta genre sejenis karena ia mempunyai senjata yang paten: koreografi adegan berantem yang mumpuni. Dari episode pertama, di adegan Gun-woo melawan Woo-jin, pembuat serial ini mempersembahkan sekuens berantem yang seru dan sinematik. Pilihan shot dan editingnya sangat maksimal sehingga dalam sekejap saya langsung tenggelam ke dalam ketegangan yang disampaikan.
Dan rupanya adegan pembukaan tersebut hanya cuci mulut karena apa yang terjadi di episode-episode berikutnya melebihi semua ekspektasi saya. Dari berantem tanpa senjata, sampai menggunakan senjata. Dari adegan one on one sampai beramai-ramai. Ditambah dengan car chase yang seru, Bloodhounds tidak pernah menginjak rem sampai episode terakhir. Yang satu ini beneran penuh adrenalin dari menit pertama dibuka sampai ending.
Bloodhounds dapat disaksikan di Netflix.
Candra Aditya adalah seorang penulis dan pengamat film lulusan Binus International.
Simak Video "Perjuangan Asri Welas untuk Kesembuhan Sang Anak"
[-]
(tia/tia)
Sentimen: positif (94.1%)