Sentimen
Informasi Tambahan
Grup Musik: APRIL
Kab/Kota: Shanghai
Kasus: covid-19, pengangguran, zona merah, Zona Hijau
Tokoh Terkait
Akhir Pekan Bursa Asia Happy, IHSG Gak Ikut
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup bergairah pada perdagangan Jumat (16/6/2023), setelah bank sentral Jepang kembali mempertahankan kebijakan moneter ultra longgarnya hari ini.
Hanya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup di zona merah pada perdagangan akhir pekan ini, yakni melemah 0,23% menjadi 6.698,55.
Sedangkan sisanya berhasil ditutup di zona hijau. Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup menguat 0,66% ke posisi 33.706,102, Hang Seng Hong Kong melesat 1,07% ke 20.040,369, Shanghai Composite China bertambah 0,63% ke 3.273,33, Straits Times Singapura tumbuh 0,53% ke 3.260,03, ASX 200 Australia melonjak 1,06% ke 7,251.2, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,66% menjadi 2.625,79.
Dari Jepang, bank sentral (Bank of Japan/BoJ) memutuskan untuk kembali mempertahankan kebijakan moneter ultra longgarnya hari ini, di mana suku bunga acuan BoJ kembali dipertahankan di level -0,1%.
Ini menjadi level ultra longgar yang masih dipertahankan BoJ sejak 2016 silam. BoJ yang kembali mempertahankan kebijakan ultra longgarnya hari ini sudah sesuai dengan prediksi pasar.
Kebijakan ultra longgar masih dipertahankan meski inflasi sudah lebih kuat dari perkiraan. BoJ lebih mendukung pemulihan ekonomi Jepang yang rapuh setelah dihantam pandemi Covid-19 dan di tengah perlambatan ekonomi global yang masih terjadi.
Bank sentral NegeriSak
ura tersebut juga masih mempertahankan stimulus besar-besaraan agar memastikan bahwa Jepang secara berkelanjutan mencapai target inflasi 2% disertai dengan kenaikan upah.
BoJ juga mempertahankan pandangannya bahwa inflasi akan melambat akhir tahun ini dan janji untuk dengan sabar mempertahankan stimulus besar-besaran, memperkuat pesan Gubernur BoJ Kazuo Ueda baru-baru ini bahwa tidak akan terburu-buru untuk menghentikan stimulus.
Di lain sisi, optimisme pelaku pasar global kembali muncul setelah data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) terbaru resmi dirilis kemarin.
Data tenaga kerja AS yang dirilis kemarin memburuk. Jumlah pegawai AS yang mengajukan klaim pengangguran tercatat 262.000 pada pekan yang berakhir pada 10 Juni, lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar yang tercatat 249.000. Jumlah klaim pekan tersebut juga menjadi yang tertinggi sejak Oktober 2021.
Kenaikan klaim pengangguran yang meningkat bisa menjadi sinyal jika ekonomi AS melambat sehingga ada harapan inflasi AS berikutnya turun tajam.
Pada Selasa lalu, AS juga mengumumkan jika inflasi mereka melandai ke 4% (year-on-year/yoy) pada Mei 2023, dari 4,9% (yoy) pada April 2023.
Kendati demikian, data penjualan ritel AS periode Mei 2023 masih kencang. Penjualan ritel naik (month-to-month/mtm) 0,3% pada Mei, lebih rendah dibandingkan 0,4% (mtm) pada April. Namun, pertumbuhan penjualan ritel lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar yakni koreksi 0,1%.
Pertumbuhan penjualan ritel ditopang oleh penjualan peralatan taman serta spare parts kendaraan.
Pelaku pasar kini bertaruh 67% jika The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp) pada Juli dan memangkasnya paling terlambat Desember tahun ini.
Seperti diketahui, The Fed pada akhirnya memilih untuk menahan suku bunga acuan pada rapat yang berakhir Kamis dini hari waktu Indonesia.
Ditahannya suku bunga acuan The Fed ini sudah sesuai ekspektasi pasar.
Namun, harapan pasar untuk melihat peluang pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat harus dikubur dalam-dalam.
The Fed juga mengisyaratkan untuk menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi ke depan. Hal ini berdasarkan median proyeksi The Fed yang memperkirakan suku bunga ada di kisaran 5,5-5,75% pada 2023 dari 5-5,25% sebelumnya.
Namun, Chairman The Fed Jerome Powell menjelaskan suku bunga saat ini mendekati target puncaknya sehingga kenaikan ke depan bisa semakin lambat.
Keputusan The Fed kemarin sempat membuat investor panik sehingga banyak yang menjual portofolio mereka. Kemungkinan kenaikan suku bunga ke depan dikhawatirkan bisa membawa ekonomi AS ke jurang resesi.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[-]
-
Duh, Bursa Asia Dibuka Loyo Nih, IHSG Kudu Waspada
(chd/chd)
Sentimen: negatif (98.1%)