Sentimen
Positif (79%)
15 Jun 2023 : 18.00
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Kasus: pengangguran

Suku Bunga AS Ditahan, Siap-siap Asing Serbu RI!

15 Jun 2023 : 18.00 Views 4

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

Suku Bunga AS Ditahan, Siap-siap Asing Serbu RI!

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Sentral Amerika Serikat yang memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada level 5,25% pada rapat FOMC bulan ini, diperkirakan akan membawa angin segar bagi pasar keuangan di tanah air.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan, dengan The Fed mempertahankan tingkat suku bunga fed fund rate (FFR) pada level 5,25%, akan membawa dampak yang cenderung positif di pasar keuangan global dalam jangka pendek.

"Dimana kinerja dollar indeks sepanjang bulan Juni 2023 cenderung melemah sekitar 1,3% (month to date/sejak awal bulan) setelah pada bulan Mei 2023 dolar indeks menguat sekitar 2,6% (mtm)," jelas Josua kepada CNBC Indonesia, Kamis (15/6/2023).

-

-

Pelemahan kinerja dolar indeks tersebut yang kemudian, kata Josua akan memberikan dampak positif untuk pasar keuangan di dalam negeri.

Pasar obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN), kata Josua diperkirakan akan diserbu oleh investor asing.

"Pelemahan kinerja dollar indeks tersebut mendorong capital inflow di pasar SBN sepanjang bulan ini, dimana kepemilikan investor asing pada SBN sepanjang bulan Juni ini meningkat sekitar US$ 496,8 juta meskipun investor asing membukukan net sell di pasar saham sebesar US$ 113,3 juta," jelas Josua lagi.

Lebih lanjut, Josua menjelaskan Rupiah hingga pertengahan Juni 2023 ini juga tercatat menguat sekitar 93 poin atau 0,6%mtd ke level Rp 14.900 per dolar AS.

Kinerja IHSG sepanjang bulan Juni ini cenderung naik sekitar 69,1 poin atau 1%mtd dimana saham sektor transportasi & logistik mencatatkan penguatan terbesar sekitar 7,4% mtd meskipun saham sektor teknologi masih terkoreksi sekitar 4,2%mtd.

"Dengan suku bunga Fed yang tetap di level 5,25% pada FOMC bulan ini cenderung akan berpengaruh terhadap pergerakan nilai tukar dan yield SUN," jelas Josua.

Di satu sisi, perlu dicatat bahwa The Fed tidak lagi mengharapkan AS memasuki resesi pada 2023, dan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 1% pada akhir tahun 2023 atau lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya yang mencapai 0,4% dan tingkat pengangguran 4,1% dari proyeksi sebelumnya 4,5%.

Artinya, kebijakan The Fed saat ini untuk menghentikan sementara kebijakan hawkish-nya, untuk melihat terlebih dahulu efeknya akan seperti apa, dan tetap berkomitmen untuk menyelesaikan kebijakannya.

"Pernyataan Fed yang super-hawkish ini berarti bank sentral AS kembali ke jalurnya lagi untuk memperketat kebijakan dan menguras likuiditas dari perekonomian global, setelah sempat kehilangan tujuan tersebut setelah bencana SVB," jelas Ekonom Bahana (Satria, Rami, Drewya) kepada CNBC Indonesia.

"Kami melihat pengetatan likuiditas global sebagai risiko makro terbesar saat ini, karena berlanjutnya QT Fed dan pengisian ulang Treasury General Account (TGA) AS, bertepatan dengan penerbitan lebih banyak surat utang AS setelah kesepakatan plafon utang," jelas Ekonom Bahana lagi.

Untuk diketahui, langkah The Fed untuk mempertahankan fed fund rate (FFR) pada level 5,25% telah mempertimbangkan berbagai ekonomi di Negeri Paman Sam.

Di mana inflasi AS per Mei 2023 mencapai 4% (year on year/yoy), terendah sejak April 2021 atau terus menunjukkan tren penurunan setelah tercatat di level tertinggi 9,1% pada Juni 2022.

Selain itu, kondisi pasar tenaga kerja AS mulai longgar terindikasi dengan tingkat pengangguran bulan Mei 2023 tercatat 3,7% dan jobless claim per awal Juni tercatat lebih tinggi dari perkiraan.


[-]

-

Ini Sabda Baru The Fed, Jerome Powell 'Warning' Suku Bunga AS
(cap/cap)

Sentimen: positif (79.9%)