Sentimen
Negatif (99%)
11 Jun 2023 : 14.32
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Kasus: covid-19, pengangguran

Tokoh Terkait

Kabar Baik! Harga Batu Bara Bangkit dari Kubur

11 Jun 2023 : 14.32 Views 1

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

Kabar Baik! Harga Batu Bara Bangkit dari Kubur

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas batu bara acuan sepanjang pekan terpantau bergairah, membalikkan posisi koreksinya yang telah berlangsung selama enam pekan beruntun.

Sepanjang pekan ini, harga batu bara acuan di pasar ICE Newcastle (Australia) untuk kontrak Juli 2023 terpantau melonjak 7,12% secara point-to-point (ptp).

Namun pada perdagangan Jumat (9/6/2023), harga batu bara acuan terpantau kembali melemah 0,55% ke posisi US$ 143,7/ton, setelah menguat selama dua hari beruntun.

-

-

Meski terlihat positif, tetapi sepanjang pekan ini pergerakan harga batu bara juga masih cenderung volatil. Sentimen pasar di global masih bervariasi membuat harga batu bara masih cukup sulit untuk bertahan di zona penguatan.

Lonjakan harga batu bara pada pekan ini ditopang oleh menguatnya harga gas alam serta krisis energi di Bangladesh. Namun, penguatan harga batu bara masih cenderung tertahan karena melambatnya permintaan dari China dan melambatnya kembali perekonomian China.

Bangladesh tengah menghadapi krisis energi setelah pembangkit listrik mereka banyak yang ditutup karena kekurangan bahan bakar.

Di antara pembangkit yang tutup adalah Pyra yang berkapasitas 1320 megawatts (MW). Krisis muncul karena ada persoalan pembayaran akibat keterlambatan Letter of Credit (LC) dengan penyuplai bahan bakar dari China, termasuk gas dan batu bara.

Menteri Kelistrikan, Energi. Dan Sumber Daya Mineral Bangladesh, Nasrul Hamid mengatakan butuh dua pekan untuk memperbaiki persoalan pasokan. Untuk menyelesaikan persoalan, pemerintah akan segera mengimpor batu bara secepatnya. Namun, buruh waktu 20-25 hari bagi pembangkit Pakistan untuk beroperasi sepenuhnya.

Foto: ist
eskcavator dan batu bara

Kapasitas pembangkit Bangladesh diperkirakan mencapai 21.710 MW dengan 50% lebih dihasilkan gas dan sekitar 8-10% dari batu bara.

Selain persoalan pembayaran, krisis juga diperparah dengan persoalan cuaca. Permintaan listrik di Bangladesh melonjak tajam pada April tahun ini karena meningkatnya suhu. Bencana kembali datang pada pertengahan Mei saat topan Mocha mengamuk dan memutuskan jaringan pasokan gas alam.

Suhu meningkat tajam pada bulan ini setelah gelombang panas melanda sejumlah wilayah. Permintaan listrik pun melejit hingga 18% Senin kemarin di tengah kekurangan pasokan.

Suhu di ibu kota Dhaka melonjak hingga 38 derajat Celcius awal pekan ini, dari 32 derajat Celcius pada 10 hari sebelumnya.

Badai gelombang panas diperkirakan masih akan berlanjut hingga akhir pekan ini. Krisis energi di Bangladesh diperparah dengan anjloknya cadangan devisa (cadev) karena ekspor yang jeblok. Cadev Bangladesh terkuras hingga berada di kisaran US$ 29,8 miliar per Senin kemarin, rekor terendahnya dalam tujuh tahun.

Terkurasnya cadev mengurangi kemampuan Bangladesh untuk mengimpor komoditas energi seperti gas alam dan batu bara.

Di lain sisi, masih cenderung tertahannya penguatan harga batu bara juga disebabkan karena turunnya permintaan dari China akibat masih melambatnya perekonomian China.

Permintaan batu bara dari China akan melemah ke depan. Impor batu bara diproyeksi turun karena pasokan pasir hitam menumpuk setelah impor besar-besaran pada Januari-Mei tahun ini. Sepanjang Januari-Mei tahun ini, impor China mencapai 182 juta ton atau naik 89,6% dari periode yang sama tahun lalu

Pasokan batu bara di pelabuhan utara China mencapai 30 juta ton pada pekan lalu, 20-30% lebih tinggi dibandingkan pada 2021-2022.

Pembangkit listrik China masih menyimpan pasokan sekitar 113 juta ton batu bara hingga akhir Mei, 24% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

China mengimpor batu bara sebanyak 39,58 juta ton pada Mei tahun ini. Jumlah tersebut turun 2,7% pada Mei dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm) pada April yang tercatat 40,68 juta ton.

Impor China diperkirakan masih akan melambat ke depan karena tingginya pasokan.

Di lain sisi, kinerja perdagangan raksasa kedua global tersebut yang tercatat melorot sepanjang Mei menjadi lampu kuning bagi laju pemulihan yang masih lambat. Berdasarkan dana bea dan cukai China yang dirilis Rabu lalu, ekspor Negeri tirai bambu turun 7,5% secara tahunan sepanjang Mei.

Senada dengan ekspor, realisasi impor juga turun 4,5% secara tahunan. Hasil tersebut membuahkan tanda tanya besar terkait pemulihan ekonomi negara tersebut yang belum lama ini mencabut kontrol ketat terkait Covid-19.

Pasalnya, lemahnya kinerja perdagangan juga menggambarkan permintaan global yang melemah di tengah tekanan suku bunga yang masih tinggi.

Ekspor turun menjadi US$ 283,5 miliar, berbalik dari pertumbuhan kuat 8,5% yang tak terduga pada April. Impor turun menjadi US$ 217,7 miliar, cenderung moderat dari kontraksi 7,9% pada bulan sebelumnya.

Sementara itu, surplus perdagangan global China menyempit sebesar 16,1% menjadi US$ 65,8 miliar pada Mei. Pelemahan perdagangan menambah tekanan ke bawah pada ekonomi terbesar kedua di dunia itu menyusul aktivitas pabrik dan konsumen yang lesu serta lonjakan pengangguran di kalangan kaum muda.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


[-]

-

Breaking News! Harga Batu Bara Terbang 9% Lebih
(chd/chd)

Sentimen: negatif (99.9%)