Berita Buruk, Suku Bunga Bakal Terus Naik karena Inflasi Belum Jinak
Liputan6.com Jenis Media: Ekonomi
Sementara itu, Ketua Federal Reserve atau Bank Sentral Amerika Serikat, Jerome Powell mengungkapkan bahwa tekanan di sektor perbankan memungkinkan kenaikan suku bunga yang tidak terlalu tinggi untuk mengendalikan inflasi.
Melansir CNBC International, Senin (22/5/2023) Powell mengatakan, inisiatif The Fed untuk menangani masalah di bank-bank menengah sebagian besar telah menghentikan terjadinya skenario terburuk.
Namun dia mengingatkan bahwa krisis di Silicon Valley Bank dan bank di AS lainnya masih dapat mengguncang perekonomian AS.
"Kebijakan stabilitas keuangan membantu menenangkan kondisi di sektor perbankan. Di sisi lain, perkembangan di sana berkontribusi pada kondisi kredit yang lebih ketat dan cenderung membebani pertumbuhan ekonomi, perekrutan dan inflasi," kata Powell dalam sebuah konferensi moneter di Washington D.C.
"Jadi sebagai hasilnya, tingkat kebijakan kami mungkin tidak perlu naik setinggi yang seharusnya untuk mencapai tujuan kami," sambungnya, seraya menambahkan masih ada ketidakpastian tentang sejauh mana langkah selanjutnya dapat berpengaruh.
Seperti diketahui, sebagian besar pasar mengharapkan The Fed akan mengambil jeda dari serangkaian kenaikan suku bunga yang dimulai pada Maret 2022.
Namun, harga telah berubah-ubah karena pejabat The Fed mempertimbangkan dampak kebijakan yang telah dan akan terjadi terhadap inflasi AS.
Powell melihat, inflasi AS masih terlalu tinggi.
"“Kami berpikir bahwa kegagalan untuk menurunkan inflasi tidak hanya akan memperpanjang penderitaan tetapi juga pada akhirnya meningkatkan biaya sosial untuk kembali ke stabilitas harga, menyebabkan kerugian yang lebih besar bagi keluarga dan bisnis, dan kami bertujuan untuk menghindarinya dengan tetap teguh dalam mengejar target kami," tambahnya.
Sentimen: negatif (57.1%)