Sentimen
Netral (99%)
9 Jun 2023 : 05.22
Informasi Tambahan

Brand/Merek: Apple

Event: Sovereign Wealth Fund (SWF)

Kab/Kota: Gunung, Tokyo

Bos Baru GoTo, Patrick Walujo Investor di Sederet Startup Ini

9 Jun 2023 : 05.22 Views 3

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Tekno

Bos Baru GoTo, Patrick Walujo Investor di Sederet Startup Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Patrick Walujo "turun gunung" mengisi posisi Direktur Utama GoTo. Pendiri Northstar ini adalah salah satu investor pertama Gojek dan punya rekam jejak panjang sebagai investor perusahaan teknologi di Indonesia.

Northstar, yang didirikan oleh Patrick Walujo dan Glen Sugita, punya segudang startup di beberapa negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Paling populer, perusahaan private equity (PE) adalah salah satu investor awal Gojek.

Sebelum mendirikan Northstar, Patrick merupakan Senior Vice President di Pacific Century Ltd Tokyo dan Glenn adalah Senior Vice President di PricewaterhouseCoopers Indonesia (PWC).

-

-

Sebagai PE, Northstar menggalang dana dari investor strategis seperti Sovereign Wealth Fund (SWF) hingga investor individu dengan kekayaan fantastis (high net worth individual) untuk disalurkan ke beragam instrumen investasi termasuk akuisisi perusahaan.

Gaya bisnis private equity sebetulnya agar berbeda dengan perusahaan modal ventura (VC), yang lebih banyak aktif berinvestasi mendukung startup.

Jika VC mendanai perusahaan dengan prospek pertumbuhan tinggi ditukar dengan sebagian saham, PE lebih banyak mencari perusahaan untuk dikuasai untuk dijual kembali dengan valuasi lebih tinggi.

Berikut adalah beberapa perusahaan yang menikmati dana dari Patrick Walujo dan Northstar.

1. eFishery

eFishery merupakan perusahaan aqua-tech yang menggunakan teknologi pada bisnis budi daya ikan dan udang di Asia Tenggara. Startup ini didirikan oleh Gibran Huzaifah pada 2013 lalu.

Northstar bergabung bersama investor lain dalam pendanaan seri C e-Fishery. Startup tersebut mendapatkan dana US$90 juta atau sekitar Rp 1,29 triliun.

Bulan lalu, eFishery dikabarkan sudah meraih status unicorn atau melampaui valuasi US$ 1 miliar.

2. SayurBox

Sayurbox merupakan salah satu pemain e-grocery pertama di Indonesia. Pendirinya adalah Amanda Susanti yang memutuskan membuat platform sumber dan distribusi sayur serta buah langsung dari petani.

3. Ula

Ula adalah perusahaan di sektor e-commerce asal Indonesia yang terbilang cukup baru. Startup tersebut didirikan oleh Nipun Mehra, mantan eksekutif di India dan mantan partner Sequoia Capital India.

Pendiri lainnya adalah Alan Wong yang sebelumnya bekerja di Amazon dan Derry Sakti yang pernah bekerja di P&G Indonesia, dan Riky Tenggara yang sebelumnya berkarir di Lazada dan aCommerce. Selain Northstar, Ula juga didukung oleh modal ventura milik pendiri Amazon, Jeff Bezos.

4. Zenius

Zenius merupakan perusahaan yang bergerak edu-tech. Startup itu didirikan pada 2007 oleh Sabda PS dan Medy Suharta. Platform tersebut hadir sebagai solusi pengajaran jarak jauh, termasuk saat pandemi di mana kegiatan pembelajaran dilakukan tidak lagi di sekolah.

Belum lama ini, Zenius diketahui mengakuisisi perusahaan bimbangan belajar Primagama.

5. Noice

Noice didirikan oleh PT Mahaka Radio Integra Tbk. (MARI), perusahaan yang bergerak di bidang investasi, jasa konsultan, media digital, yang didirikan oleh Menteri BUMN Erick Thohir.

Perusahaan ini menyediakan platform untuk konten audio, terutama siniar (podcast). Tercatat sudah ada lebih dari 100 konten orisinal dan eksklusif dalam berbagai genre di Noice. Aplikasi tersebut juga sudah ada di Google Play Store dan Apple App Store.

6. Ternak Uang

Patrick juga merupakan investor perorangan di startup keuangan, Ternak Uang. Namun, perjalanan Ternak Uang tidak berakhir dengan baik.

Ternak Uang mengumumkan investasi tujuh digit dalam dolar AS pada Februari 2022. Ini berasal dari Patrick Walujo, Kinesys Group, dan Alto Partners.

Raymond Chin, CEO Ternak Uang, buka suara soal nasib perusahaannya yang gagal. Termasuk mengembalikan uang dari para investornya.

Dalam unggahan video di akun Youtubenya, Raymond bercerita soal perjalanan Ternak Uang. Berencana untuk profit, platform social investing berharap dapat bekerja sama dengan perusahaan sekuritas.

Namun rencana tersebut batal. Alasannya karena tech winter yang menghantam keras industri sejak beberapa waktu lalu.

"JV [joint venture]-nya enggak jadi. Enggak nyalahin orang lain, harusnya gue lebih pakemin hitam di atas putih. Lebih set ekspektasi kalau deal bisa enggak jadi," kata Raymond.

Ternak Uang berusaha untuk memperbaiki keadaan. Salah satunya dengan mengembalikan mayoritas investasi yang telah diterimanya.


[-]

-

Dorong Bisnis, GoTo Tunjuk Presiden Baru di 3 Unit Bisnis
(dem)

Sentimen: netral (99.5%)