3 Fakta Puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono
Detik.com Jenis Media: Hiburan
Jakarta -
Pekan pertama di bulan Juni dan merasakan hujan yang menerpa tubuh, pastinya teringat akan salah satu puisi fenomenal karya Sapardi Djoko Damono. Ya, bulan Juni yang seharusnya sudah dimulai dengan musik terik panas justru ada hujan.
Cuaca yang tak menentu dari bulan Juni membuat sang penyair kenamaan Indonesia itu membuat puisi.
Berikut 3 fakta soal puisi Hujan Bulan Juni, seperti dirangkum redaksi detikcom:
1. Sejarah
Puisi Hujan Bulan Juni ditulis antara tahun 1964 sampai 1944. Puisinya pertama kali terbit pada 1994 dan memuat 102 buah puisi lainnya. Buku kumpulan puisi Hujan Bulan Juni telah diterjemahkan ke dalam 4 bahasa yakni Inggris, Jepang, Arab, Mandarin, dan Rusia.
Sapardi Djoko Damono menceritakan saat ia menulis puisi tersebut, hujan memang tidak pernah turun di bulan Juni. Dia menulisnya di sambil melihat telaga Situ Gintung, Ciputat, Tangerang Selatan, ketika berada di ruang kerja kompleks perumahan dosen.
2. Alasan Menulis
Dalam sebuah wawancara, Sapardi Djoko Damono mengemukakan alasan menulis puisi Hujan Bulan Juni. Sambil berkelakar, ia menuturkan jika menulis soal hujan di bulan Desember menjadi hal yang biasa-biasa saja.
"Kalau saya tulis tentang hujan pada bulan Desember, Desember kan memang (musim) hujan. Kalau nulisnya hujan pada Desember, nanti nggak ada yang bertanya, 'Mengapa harus hujan pada bulan Juni?'," kata Sapardi Djoko Damono.
3. Adaptasi ke Novel dan Film
Dari puisi, Hujan Bulan Juni merambah ke novel dan adaptasi film. Hujan Bulan Juni sukses diterbitkan menjadi novel dan digarap selama 6 bulan lamanya.
Film Hujan Bulan Juni diperankan oleh Adipati Dolken dan Velove Vexia dan mendapat apresiasi yang positif dari pencinta film Tanah Air.
Simak Video "Mengenang Hari Lahir Sapardi Djoko Damono di Google Doodle"
[-]
(tia/dar)
Sentimen: positif (66%)