Sentimen
Negatif (50%)
5 Jun 2023 : 20.57
Informasi Tambahan

Event: Rezim Orde Baru

Grup Musik: iKON

Institusi: Korpri

Kab/Kota: Solo

Partai Terkait

Kisah Pendiri Sritex, Emiten Kain yang Dihantam Badai Utang

5 Jun 2023 : 20.57 Views 1

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

Kisah Pendiri Sritex, Emiten Kain yang Dihantam Badai Utang

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan raksasa tekstil yang sudah puluhan tahun beroperasi di Indonesia, PT Sri Rejeki Isman atau Sritex, mulai terbebani utang yang menggunung. Nama besarnya mulai meredup seiring dengan neraca keuangan yang memerah.

Total liabilitas emiten Bursa Efek Indonesia (BEI) berkode SRIL itu per September 2022 mencapai US$1,6 miliar atau setara dengan Rp24,66 triliun (kurs=Rp15.500/US$). Jumlah itu didominasi oleh utang-utang yang memiliki bunga seperti utang bank dan obligasi.

-

-

Sritex sebetulnya bukan perusahaan kemarin sore dan sudah berdiri lebih dari 50 tahun. Namun, dengan besarnya lubang di neraca keuangannya akibat terbentur gundukan utang, bisa-bisa membuat Sritex tinggal nama jika tak segera dibenahi manajemennya.

Perusahaan Sritex didirikan oleh Haji Muhammad Lukminto (H.M Lukminto). Lukminto alias Le Djie Shin adalah peranakan Tionghoa yang lahir pada 1 Juni 1946. Dia memulai karir sebagai pedagang dengan berjualan tekstil di Solo sejak usia 20-an.

Dalam uraian buku Local Champion, diceritakan bahwa Solo merupakan pusat tekstil di Jawa sejak masa kolonial. Kondisi ini membuat bisnis Lukminto tumbuh subur. Hingga akhirnya pada 1966 atau pada usia 26 tahun dia berani menyewa kios di Pasar Klewer. Kios itu diberi nama UD Sri Redjeki.

Tak disangka bisnisnya moncer. Dua tahun berselang dia mulai membuka pabrik cetak pertamanya yang menghasilkan kain putih dan berwarna untuk pasar Solo. Pendirian pabrik inilah yang kemudian menjelma menjadi PT Sri Rejeki Isman atau Sritex yang kini bertahan hingga kini pada 1980.

Tak banyak cerita 'tangan dingin' Lukminto dalam menjadikan Sritex sebagai 'raja' industri kain di Indonesia. Satu hal yang menarik dari dirinya adalah kedekatannya dengan Presiden Indonesia Ke-2, Soeharto. Rupanya ada tangan dingin penguasa itu dalam perkembangan Sritex.

Mengutip Prahara Orde Baru (2013) terbitan Tempo, Sritex adalah ikon penguasa karena disinyalir berada di bawah perlindungan Keluarga Cendana, sebutan bagi keluarga Soeharto. Fakta ini tidak terlepas dari kedekatan Lukminto dengan tangan kanan Cendana, yakni Harmoko yang selama Orde Baru dikenal sebagai Menteri Penerangan dan Ketua Umum Golkar. Harmoko adalah sahabat kecil Lukminto.

Karena dekat dengan pemerintah dan pemegang pasar, Sritex dan Lukminto mendapat durian runtuh. Di masa Orde Baru, Lukminto beberapa kali menjadi pemegang tender proyek pengadaan seragam yang disponsori pemerintah.

"Di dalam negeri, ketika itu Sritex (tahun 1990-an) menerima orderan seragam batik Korpri, Golkar, dan ABRI," tulis Tempo. Dan karena ini pula Sritex mendapat jutaan rupiah dan dollar, ditambah dengan penguasaanya terhadap pasar garmen di dalam dan luar negeri.


[-]

-

Dulu Jaya, Kini Karam Ditelan Utang, Siapa Pemilik Sritex?
(hsy/hsy)

Sentimen: negatif (50%)