Sentimen
Positif (66%)
4 Jun 2023 : 19.55
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Gunung

Tokoh Terkait
Low Tuck Kwong

Low Tuck Kwong

Low Tuck Kwong Kaya Raya, Ternyata 'Dibantu' Ratu Belanda

4 Jun 2023 : 19.55 Views 1

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

Low Tuck Kwong Kaya Raya, Ternyata 'Dibantu' Ratu Belanda

Jakarta, CNBC Indonesia - Jalan sukses pengusaha tambang batu bara di Indonesia ternyata tak terlepas dari peranan Ratu Belanda era 1840-an yang menggencarkan ekspedisi ke Kalimantan saat itu. Akibatnya, banyak pengusaha yang terjun ke bisnis ini setelah kandungan batu bara di wilayah itu ditemukan.

Pada 1846, eksploitasi batu bara pertama di Indonesia mulai terlaksana. Eksploitasi ini dilaksanakan setelah Ratu Belanda mengirimkan tim peneliti untuk membuktikan kabar penemuan cadangan batu bara yang besar di wilayah Kalimantan.

Penggalian ini menjadi sejarah penting. Sebab, dari sinilah pintu eksploitasi batu bara dibuka. Adanya perintah ratu tersebut membuat ambisi mengangkut batu bara dari bumi Kalimantan meningkat. Bahkan, ambisi itu sekarang semakin tak terbendung.

-

-

"Setelah 1945, karakteristik dan struktur industri pertambangan Indonesia tidak banyak mengalami perubahan sebab ekstraksi sumber daya mineral tetap ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasar internasional," tulis Robert Siburian dalam "Pertambangan Batu Bara: Antara Mendulang Rupiah dan Menebar Potensi Konflik" (Masyarakat Indonesia, 2012)

Meningkatnya kebutuhan pasar internasional inilah yang membuat prospek bisnis batu bara di Indonesia semakin menjanjikan. Saat Soeharto berkuasa, yang ditandai dengan semakin mudahnya investasi asing, penguasaan sumber daya alam oleh pihak swasta bukan lagi halangan. Salah satu yang tertarik adalah Low Tuck Kwong.

Kwong tumbuh dan besar di Singapura. Ada kabar kalau selama hidupnya di sana ia belajar berbisnis di usaha ayahnya yang dikenal sebagai pebisnis ulung di bidang konstruksi.

Dalam situs resmi Bayan Group, pria kelahiran 1948 ini datang ke Indonesia pada 1972.

Kala itu ia masih berstatus sebagai Warga Negara Singapura. Karena terlebih dahulu handal di bidang kontruksi, ia lantas mendirikan perusahaan kontraktor di Tanah Air bernama PT. Jaya Sumpiles Indonesia (JSI) setahun kemudian. Kwong mengklaim kalau perusahaan yang bergerak di bidang pekerjaan umum ini menjadi perintis pekerjaan pondasi tiang pancang selama kurun 1980-1990-an.

Pada 1988, JSI putar haluan. Kwong mulai melirik potensi industri batu bara karena meningkatnya permintaan pasar internasional. Alhasil, 10 tahun kemudian dan lima tahun setelah resmi jadi Warga Negara Indonesia, tepatnya pada 1997, terjadilah kontrak dan pengakuisisian dua perusahaan batu bara, yakni PT. Gunung Bayan Pratamacoal (GBP) dan PT. Dermaga Perkasapratama (DPP). PT. Gunung Bayan Pratamacoal (GBP) adalah perusahaan milik Haji Asri yang telah jadi pemain lama di sektor batu bara Kalimantan Timur. Kwong membeli sahamnya seharga Rp 5 Miliar.

Belakangan, Kwong menyatukan dua perusahaan itu menjadi satu perusahaan induk: PT. Bayan Resources Tbk (BYAN). Sejak saat itulah, BYAN memiliki hak eksklusif pertambangan dari pemerintah Indonesia. Pada 2021, perusahaannya menerima lima kontrak dan tiga kuasa pertambangan dari pemerintah Indonesia. Total konsesinya mencapai 81. 265 hektar.

Kini di tengah situasi global tidak menentu, Kwong ibarat tertimpa durian runtuh. Meningkatnya harga batu bara di pasar global berarti meningkatkan pula harta kekayaan Kwong. Terbukti, Forbes menempatkannya sebagai orang terkaya di Indonesia pada 2022 menyingkirkan Hartono bersaudara yang sudah memegang mahkota itu sejak 2008. Memang, ia juga berbisnis di sektor teknologi, tetapi batu bara tetap menjadi tulang punggung utama kekayaan Kwong.


[-]

-

Kembali Sunset, Bos Bayan Ramal Harga Batu Bara Mentok Segini
(Arrijal Rachman/hsy)

Sentimen: positif (66%)