Ekonom BCA prediksi defisit APBN 2023 berada di kisaran 2,5 persen
Elshinta.com Jenis Media: Nasional
Ekonom BCA David Sumual (kanan) bersama Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu (tengah) dalam acara Arah Ekonomi dan Kebijakan Fiskal Tahun 2024, di Jakarta, Rabu (30/5/2023). ANTARA/Imamatul Silfia
Elshinta.com - Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual memprediksi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 berada di kisaran 2,5 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB).
Angka tersebut lebih rendah dari target pemerintah sebesar 2,84 persen dari PDB atau senilai Rp598,2 triliun.
“Outlook defisit tahun ini bisa sekitar 2,5 persen dari PDB atau lebih rendah, karena dari sisi penerimaan masih cukup baik di kuartal I-2023,” kata David dalam acara Arah Ekonomi dan Kebijakan Fiskal Tahun 2024, di Jakarta, Rabu.
David menambahkan, pemerintah masih memiliki simpanan dana yang memadai dari realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) tahun lalu.
Namun, ia menduga realisasi PNBP pada kuartal II dan kuartal III tahun ini akan lebih rendah lantaran harga komoditas mulai melandai.
Kendati demikian, perkiraan defisit APBN yang lebih rendah kemungkinan akan memancing investor, terutama investor asing. Sebab, defisit APBN yang rendah menunjukkan manajemen fiskal Indonesia lebih baik bila dibandingkan dengan negara-negara maju ketika pandemi.
“Sehingga terlihat dari sisi likuiditas maupun kebijakan fiskalnya terlalu ekspansif, dan kita lihat dampaknya ke inflasi mereka jauh lebih tinggi dari kita,” ujar David.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu memperkirakan defisit APBN 2023 akan lebih rendah dari target yang telah ditetapkan pemerintah sebelumnya, yaitu 2,84 persen dari total PDB.
Turunnya proyeksi defisit APBN 2023 tersebut ditopang oleh penerimaan negara yang menunjukkan kinerja positif.
Febrio menjelaskan target defisit APBN 2023 didesain ketika kondisi relatif konservatif. Sementara perkembangan ekonomi menunjukkan pergerakan yang positif.
Oleh karena itu, penerimaan negara masih memiliki kesempatan momentum yang cukup bagus yang kemudian akan berdampak pada pengurangan defisit.
Sentimen: negatif (80%)