Sentimen
Informasi Tambahan
Brand/Merek: Hyundai, Wuling
Partai Terkait
Tokoh Terkait
Anak Buah Luhut Beberkan Tantangan Garap Kendaraan Listrik di RI
Detik.com Jenis Media: Ekonomi
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi Rachmat Kaimuddin membeberkan tantangan dalam industri kendaraan listrik atau electric vehicle. Salah satunya yaitu kapasitas produksi.
Hingga saat ini, kapasitas produksi kendaraan listrik di Indonesia masih dapat dibilang cukup rendah. Indonesia mampu memproduksi 29.000 mobil listrik, 2.489 bus, dan 1,42 juta motor per tahun. Hal ini masih jauh di bawah negara-negara tetangga seperti Vietnam yang memproduksi sekitar 150.000 dan Thailand sekitar 240.000 kendaraan listrik.
"Pertama adalah, kita punya nggak sih kapasitas untuk memproduksi ini? Punya tapi masih sangat kecil. Tahu sendiri mungkin kita punya Wuling, kita punya Hyundai, kapasitas produksinya berapa? Mungkin nggak nyampe 30 ribu, bahkan tahun lalu itu masih lebih kecil lagi, mungkin 15 ribu. Makanya mau beli antre dan kebutuhan kita itu 1 juta untuk mobil, jadi dia memang belum bisa untuk mencukupi mobil kita sebenarnya," paparnya dalam Media Briefing di Sari PAN Pacifif, Jakarta Pusat, Rabu (31/5/2023).
Selanjutnya yaitu terkait investasi. Sebab, investor memerlukan dukungan pasar berupa kerangka hukum dan insentif untuk mendorong adanya investasi.
Terkait infrastruktur, menurut Rachmat, merupakan suatu tantangan tersendiri. Adapun salah satu infrastruktur yang sudah dibangun yaitu Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). Walau demikian, menurutnya untuk membangun infrastruktur terkait kendaraan listrik lebih mudah dibanding membangun pasar maupun manufaktur.
Adapun isu yang paling fundamental, kata Rachmat, yaitu permintaan atau demand. Ditambah lagi pilihan mobil listrik yang masih terbatas.
"Issue yang fundamental untuk kami adalah issue demand hari ini. Kita belum punya banyak pilihan dan tentunya yang harganya juga matching, harganya masih agak-agak lebih mahal, quite significant mungkin sekitar 30%-40% dari comparable product dengan yang kualitasnya mirip, lebih mahal," paparnya.
"Kita perlu banget untuk membuat pasar ini aware, membuat pasar ini tertarik meng-insentifies pasar ini supaya tertarik EV, karena sebenarnya banyak yang antri banyak yang pengen masuk (ke Indonesia), dan begitu dia masuk dia akan bawa barang-barang yang cocok untuk pasar kita. Itu yang kita lihat di situ," ujar Rachmat.
(hns/hns)Sentimen: positif (66.6%)