Sentimen
Netral (88%)
26 Mei 2023 : 22.35

Negara Asia Sibuk Buang Dolar, LPS Ungkap Fakta Baru

26 Mei 2023 : 22.35 Views 1

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

Negara Asia Sibuk Buang Dolar, LPS Ungkap Fakta Baru

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan dolar AS masih menjadi mata uang favorit, kendati banyak negara mewacanakan untuk mengganti mata uang tersebut atau dikenal dengan gerakan dedolarisasi.

"Suplai di pasar cukup, dolar simpanan masih cukup baik. Tidak ada gerakan atau pergerakan atau bahwa kita atau orang-orang meninggalkan dolar," katanya dalam konferensi pers virtual, Jumat (26/5/2023).

Purbaya juga mengatakan bahwa dolar AS beberapa kali menangkis perkiraan pengamat. Saat pertumbuhan ekonomi Jepang menguat tahun 1970-an, banyak ekonom menilai yen akan menggeser dolar AS. Begitu pula dengan mata uang euro yang ternyata kebangkitannya tidak membuat posisi dolar AS bergeser.

-

-

"Orang masih suka dolar. Sebagian besar masih pakai dolar, 80% lebih," katanya.

Sementara itu, sejumlah negara, termasuk Indonesia dalam upaya mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS. Contohnya, Bank Indonesia (BI) dan Bank of Korea (BoK) menyepakati kerja sama untuk mendorong penggunaan mata uang lokal masing-masing negara dalam transaksi bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan.

BI juga telah menyelesaikan perjanjian kerja sama penggunaan transaksi mata uang lokal atau local currency settlement (LCS), termasuk pembayaran lintas negara atau cross border payments dengan India.

Adapun aksi beberapa negara Asia merupakan buntut dari kebijakan China dan Brasil yang lebih dahulu menyerukan niat meninggalkan dolar.
Dikutip dari CNBC Internasional, data Komposisi Mata Uang Cadangan Devisa (COFER) IMF menunjukkan dolar AS menyumbang 58,36% dari cadangan devisa global pada kuartal keempat tahun lalu.

Fenomena dedolarisasi ini didorong oleh perubahan dinamika ekonomi global, termasuk sanksi AS untuk Rusia. Tren dedolarisasi diyakini dapat menguntungkan ekonomi lokal dalam beberapa cara.

Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgievas mengungkapkan bahwa dolar AS secara bertahap telah kehilangan statusnya sebagai mata uang cadangan utama dunia.


[-]

-

Video: Menguat Lebih Dari 1%, Rupiah Tembus Rp 14.985/USD
(mkh/mkh)

Sentimen: netral (88.9%)