Sentimen
Negatif (92%)
26 Mei 2023 : 13.02
Informasi Tambahan

BUMN: BRI, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk

Investor Awas! Tragedi Amerika 12 Tahun Lalu Bisa Terulang

26 Mei 2023 : 13.02 Views 1

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

Investor Awas! Tragedi Amerika 12 Tahun Lalu Bisa Terulang

Negosiasi plafon utang AS masih berlangsung dan ada nada optimisme di dalamnya, tetapi 'warning' dari Fitch Ratings turut membawa sentimen negatif 12 tahun lalu saat Standard & Poor's menurunkan rating utang AS untuk pertama kalinya dalam sejarah. Hal tersebut membuat indeks S&P 500 anjlok hingga 6,5%. IHSG menyusul merosot hingga 3% dalam sehari, dan terus dalam tren menurun selama hampir 2 bulan. Selama periode tersebut kemerosotan IHSG tercatat lebih dari 13%.

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah sama-sama melemah pada perdagangan Kamis (25/5), seiring Bank Indonesia (BI) mengumumkan mempertahankan suku bunga acuan untuk kali keempat secara berturut-turut.

IHSG ditutup memerah pada perdagangan Kamis (25/5), menghentikan reli kenaikan 4 hari beruntun sebelumnya. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup merosot 0,62% ke posisi 6.704,23.

-

-

Nilai transaksi perdagangan mencapai Rp9,63 triliun dan volume perdagangan 18,68 miliar saham.

Sebanyak 304 saham turun, 226 saham naik, dan 213 saham stagnan.

Kendati memerah pada Kamis, dalam lima hari perdagangan terapresiasi IHSG menjadi 0,62%. Namun, secara year to date (ytd) indeks membukukan koreksi sebesar 2,14%.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia membebani IHSG paling besar yakni 15 indeks poin lebih. PT Gojek Tokopedia juga berkontribusi 5,74 indeks poin. Selain itu, PT Telkom Indonesia, PT Sumber Alfaria Trijaya dan PT Adaro Energy Indonesia masing-masing 4 indeks poin lebih.

Sentimen dari Bank Indonesia (BI) soal pengumuman suku bunga acuan tampaknya tidak begitu mampu menahan penurunan IHSG pada Kamis.

Pada Kamis sore BI secara konsisten mempertahankan suku bunga acuan pada level yang stabil, yaitu 5,75%. Sebagai informasi, BI telah menahan suku bunga acuan selama empat bulan berturut-turut.

Keputusan ini sejalan dengan ekspektasi pasar dan menggambarkan komitmen bank sentral terhadap stabilitas ekonomi. Suku bunga fasilitas simpanan overnight dan fasilitas pinjaman juga dipertahankan pada tingkat masing-masing 5% dan 6,5%.

Bank Indonesia menjelaskan bahwa sikap kebijakan saat ini bertujuan untuk menjaga inflasi inti tetap berada dalam kisaran 3 ± 1% sepanjang tahun ini.

Selain itu, bank sentral berupaya mendorong inflasi utama agar mencapai target 3 ± 1% pada kuartal ketiga.

Para pembuat kebijakan yakin bahwa kebijakan ini akan memastikan stabilitas harga dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Selain itu, Bank Indonesia juga mencatat adanya pemulihan yang terus berlanjut dalam aktivitas ekonomi pada kuartalII/2023.

Proyeksi pertumbuhan penuh tahun 2023 diperkirakan berada dalam kisaran 4,5-5,3%. Selaras dengan itu, neraca pembayaran negara kemungkinan akan mengalami surplus pada tahun ini, mencerminkan stabilitas sektor eksternal Indonesia.

Mengenai prospek kebijakan moneter mendatang dan kemungkinan penurunan suku bunga, bank sentral belum memberikan indikasi yang jelas.

Keputusan lanjutan terkait suku bunga akan didasarkan pada perkembangan inflasi, stabilitas keuangan, dan faktor-faktor ekonomi lainnya.

Bank Indonesia tetap berkomitmen untuk menjaga keseimbangan antara menjaga inflasi terkendali dan mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.

Senasib, rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (25/5), mendekati lagi level psikologis Rp 15.000/US$. BI yang mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) belum mampu mendongkrak kinerja rupiah.

Melansir data Refinitiv, rupiah menutup perdagangan di Rp 14.945/US$ atau melemah 0,34%. Sebelumnya rupiah sempat menyentuh Rp 14.958/US$.

Meski melemah hari ini, sepanjang tahun rupiah sudah menguat sekitar 4%

Dalam konfernesi pers pengumuman suku bunga, BI percaya diri tren penguatan rupiah akan terus berlanjut ke depannya.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan rupiah hingga 24 Mei 2023 tercatat menguat 23,6% secara point to point dibandingkan level akhir triwulan I-2023.

"(Penguatan) didorong oleh kuatnya aliran masuk modal asing di investasi portofolio," paparnya dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Mei 2023, Kamis (25/5).

Tekanan bagi rupiah datang dari sentimen pelaku pasar yang memburuk menanti perkembangan perundingan batas utang Amerika Serikat. Ketua DPR AS, Kevin McCarthy mengatakan negosiasi pengurangan belanja pemerintah masih buntu.

"Saya berpikir ini (pengurangan belanja) masuk akal. Masuk akal dan rasional jika kita mengurangi belanja pada tahun depan dibandingkan tahun ini. Setiap rumah tangga harus melakukan hal yang sama," kata McCarthy, yang berasal dari Partai Republik sebagaimana dilansir CNBC International.

Sementara itu rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) dini hari tadi menunjukkan para pembuat kebijakan terbelah terkait kenaikan suku bunga. Beberapa anggota melihat perlu untuk menaikkan suku bunga lagi, tetapi yang lainnya memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan melambat dan tidak perlu lagi mengetatkan kebijakan moneter.

Rilis risalah tersebut membuka peluang lebih besar The Fed tidak akan menaikkan suku bunga pada bulan depan. Apalagi, ketua The Fed, Jerome Powell yang berbicara pada Jumat pekan lalu juga mengatakan suku bunga tidak akan setinggi perkiraan pasar.

"Kebijakan stabilitas keuangan membantu menenangkan kondisi perbankan. Di sisi lain, perkembangan sektor perbankan berkotribusi pada kondisi kredit yang lebih ketat dan cenderung membebani pertumbuhan ekonomi, perekrutan tenaga kerja dan inflasi," kata Powell sebagaimana dikutip CNBC International, Jumat (19/5/2023).

"Hasilnya, suku bunga kemungkinan tidak perlu naik setinggi yang seharusnya dilakukan untuk mencapai target kami," tambah Powell.

Sentimen: negatif (92.8%)