Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Islam
Grup Musik: APRIL
Tokoh Terkait
Film Iran, Bingkai Gambar Kemanusiaan Berbuah Piala
CNNindonesia.com Jenis Media: Hiburan
Pekan ini, masyarakat Iran merayakan momentum bersejarah mereka, 43 tahun Revolusi Islam Iran. Peristiwa bersejarah itu sejatinya bukan cuma pintu gerbang babak baru bagi masyarakat Persia, tetapi juga perfilmannya.
Selama puluhan tahun setelah peristiwa tersebut, Iran tumbuh menjadi negara yang mampu menghasilkan berbagai film berkualitas dan diakui oleh dunia internasional.
Bahkan kemampuan negara Islam tersebut menghasilkan produk budaya yang erat dengan Barat itu lebih unggul dibanding negara dengan pasar juga kapital yang lebih besar. Salah satunya, Iran telah mengoleksi dua Piala Oscar, kedua terbanyak di Asia.
Rahasia film Iran bisa memikat banyak juri festival film, akademisi, hingga pencinta film sejatinya sederhana: mereka menampilkan karakter masyarakatnya secara apa adanya.
"Secara keseluruhan, gaya dan bentuk film Iran yang saya lihat, secara dominan itu menampilkan sebuah realisme sosial," kata Satrio, akademisi perfilman Institut Kesenian Jakarta.
"Sangat sedikit sekali, mungkin, mereka meminjam atau mengambil dari sebuah imajinasi kreator. Tapi [imajinasi] itu pasti ada, dalam pengembangan cerita pasti ada," sambungnya.
Abbas Kiarostami adalah nama sutradara yang tak bisa dilepas dari kebangkitan film Iran. (AFP/BORIS HORVAT)Namun gaya tersebut tak dimunculkan dalam semalam. Butuh puluhan tahun bagi Iran menemukan gayanya semenjak pertama kali berkenalan dengan film di awal dekade 1900.
Perfilman Iran pun juga mengalami pasang surut seiring dengan gejolak sosial di negara tersebut. Film pernah menjadi propaganda bagi rezim hingga dianggap sebagai dosa oleh sebagian kalangan.
Hingga kemudian, gelombang baru gaya perfilman muncul dan menghasilkan berbagai sineas yang mampu membawa nama Iran ke kancah global. Sebut saja Abbas Kiarostami, Asghar Farhadi, atau Majid Majidi.
Meski begitu, gaya baru perfilman Iran itu semakin terdorong dengan Revolusi Islam Iran. Terutama, keterlibatan dari Pemimpin Agung Iran, Ayatollah Ruhollah Khomeini.
Ayatollah Ruhollah Khomeini disebut oleh Mohammad Reza Ebrahimi, Cultural Counsellor Kedutaan Besar Iran untuk Indonesia, sebagai sosok budayawan sekaligus penggemar film terutama bertema keluarga.
The Song of Sparrows (2008). (dok. Majid Majidi Film Production via IMDb)Di sisi lain, penerapan syariat Islam membuat perfilman Iran menghadapi tantangan sensor. Namun, alih-alih terhambat, standar konten film yang mesti sesuai dengan syariat itu justru jadi tantangan dan mengantar Iran menemukan gayanya: kemanusiaan.
Mohammad Reza Ebrahimi mengatakan bahwa nilai kemanusiaan itu dapat berupa keadilan sosial, perilaku yang baik, dan akhlak mulia yang bersumber dari ajaran-ajaran Islam.
"Jadi singkatnya adalah bangsa Iran memaknai film adalah sebagai sebuah media yang dapat menyampaikan pesan-pesan kemanusiaan, seperti tadi, keadilan sosial, akhlak yang mulia dan ajaran-ajaran Islam," kata Mohammad Reza Ebrahimi.
Kini, secuplik rahasia perfilman Iran yang mampu membuat banyak juri terpana akan dibahas dalam Fokus edisi April 2022, Hikayat Perfilman Tanah Iran, yang bertepatan dengan awal Ramadan 2022.
Dengan sejumlah kisah yang ditampilkan dalam Fokus kali ini bukan hanya sekadar ikut merayakan kebahagiaan masyarakat Iran, tetapi bagaimana bisa menjadi pembelajaran untuk film lokal bisa mewujudkan mimpi diakui secara global.
(end/end)[-]
Sentimen: positif (100%)