Sentimen
Negatif (100%)
20 Mei 2023 : 19.05
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Tiongkok, Sumedang, New York

Duka dan Luka Diskriminasi Imigran China di Panggung Angel Island di SIFA 2023

Detik.com Detik.com Jenis Media: Hiburan

20 Mei 2023 : 19.05
Duka dan Luka Diskriminasi Imigran China di Panggung Angel Island di SIFA 2023
Singapura -

Panggung bundar, sebuah meja yang penuh pajangan kertas bergambar wajah-wajah dari masa lalu, kursi kosong. Ketiganya ada di atas genangan air setinggi mata kaki, di hadapan sebuah layar hitam di dalam ruangan dengan pencahayaan temaram.

Tidak satu pun orang tahu dan bisa menebak apa yang akan mereka saksikan di Singtel Waterfront Theatre, Esplanade, Singapura pada Jumat (19/5/2023) malam dalam sebuah pertunjukan berjudul Angel Island. Sejak dimulai, suasana sedih dan sendu sudah meliputi gelaran pertunjukan yang menjadi pembukaan SIFA (Singapore International Festival of Arts) 2023.

Angel Island merupakan karya kolaborasi dari Huang Ruo (seniman AS) dengan Brian Gothong Tan (seniman Singapura). Tentu tidak hanya berdua saja, kolaborasi ini juga melibatkan sederet penyanyi paduan suara dari Taipei Chamber Singers dan penari dari Del Sol Quartet. Kerja sama keempatnya menghasilkan sebuah sajian epik penuh makna meski cerita yang ditampilkan mungkin mengungkit luka-luka lama. Luka yang sialnya masih bisa dirasakan oleh sebagian dari kita dewasa ini, terlepas dari apa pun etnis kita.

-

-

Angel Island berkisah tentang imigran Tiongkok yang datang ke San Francisco di era tahun 1910 hingga 1940. Judul gelaran ini sendiri terinspirasi dari stasiun kedatangan imigran di lokasi tersebut. Pindah dari Ibu Pertiwi ke sebuah negara yang menjanjikan kebebasan rupanya tidak semudah yang dibayangkan. Orang-orang Tiongkok ini mengalami diskriminasi dan rasisme karena aturan perundang-undangan di masa itu. Hidup mereka jauh dari layak dan bisa dikategorikan sangat brutal. Namun para imigran ini bertahan dengan harapan, mencari kedamaian hati dengan menuliskan puisi-puisi indah di dinding-dinding yang memenjara mereka.

Tidak sedetik pun musik yang dimainkan di Angel Island punya melodi bahagia. Sejak awal lampu teater dimatikan dan layar mulai menampilkan gambar perairan, suara celo dan biola yang terdengar sangat depresif dan menyedihkan. Ketika para anggota paduan suara mengeluarkan setiap nada dari mulut mereka rasanya seperti mencabik-cabik hati. Mendengarkan narasi cerita diiringi musik live yang penuh kesedihan itu membuat suasana jadi semakin suram seolah membius semua penonton. Terasa sekali ada banyak rasa sakit dalam kisah ini.

Pertunjukan Angel Island di Singapore International Festival of Arts (SIFA) 2023 Foto: Atmi Ahsani Yusron/ detikHOT

Yang membuat produksi Angel Island semakin menggugah adalah gabungan antara teknik pencahayaan, proyeksi gambar ke layar, musik, choir, dan tarian yang merepresentasikan keseluruhan cerita. Brian Gothong Tan dan Huang Ruo sebagai ko-sutradara gelaran ini menyiapkan kejutan-kejutan visual layering epik seperti superimpose hingga kemunculan sebuah kapal yang melayang di atas panggung, merepresentasikan kapal para imigran yang berlabuh di San Fransisco. Perlahan kapal ini bergerak dari satu sisi panggung ke sisi yang lain sambil terus mengeluarkan asap layaknya kapal betulan. Menyaksikan asap tebal lalu perlahan memudar itu menjadikan pengalaman menonton Angel Share semakin sempurna.

Cerita para imigran dalam Angel Island terbagi ke dalam beberapa segmen. Masing-masing sangat menggugah dengan kesedihan dan rasa sakit karena diskriminasi. Jelang akhir, Angel Island memperlihatkan sisi lain dari cerita yang semua orang sudah tahu: tenggelamnya kapal Titanic.

Kita mungkin selama ini tahu cerita tersebut dari film James Cameron yang diperankan Leonardo DiCaprio dan Kate Winslet. Bagaimana Jack (DiCaprio) jatuh cinta pada Rose (Winslet) dan keduanya berusaha menyelamatkan diri ketika kapal itu tenggelam dengan mencoba bertahan dibantu pintu kayu. Kita semua sudah tahu akhir cerita ini, Rose selamat dan hidup sampai tua di AS sementara Jack mati kedinginan. Yang sedikit dari kita tahu adalah bahwa saat Titanic tenggelam, tidak hanya Rose dan Jack yang mencoba menyelamatkan diri dengan bantuan pintu kayu. Seorang pria Tiongkok bernama Fang Lang juga melakukannya. Dia selamat dari kapal Titanic yang tenggelam itu bersama dengan tujuh orang pria Tiongkok lain yang juga merupakan awak kapal. Nahas, sesampainya mereka di New York, mereka tidak diperbolehkan buat masuk ke kota tersebut dan mencari perlindungan dan kenyamanan setelah menghadapi trauma akibat tenggelamnya sang kapal raksasa, lantaran aturan yang rasis dan diskriminatif di AS terhadap orang-orang Tiongkok.

Ketika bagian ini ditampilkan, vokal personel paduan suara jadi semakin intens. Tarian yang dibawakan oleh dua penari Del Sol Quartet di atas air merepresentasikan penolakan teramat sangat dari masyarakat kulit putih ke masyarakat Tiongkok. Percikan air di panggung, visual samudera di layar, hingga musik yang kelam dan mencekam menjadi penutup yang sangat sempurna buat dua jam kisah menyakitkan para imigran di Angel Share.

Angel Island boleh jadi mengisahkan luka lama soal diskriminasi, ketidaksetaraan gender, serta rasisme yang dilakukan kulit putih di masa lalu. Namun ceritanya masih tetap relevan dengan dunia saat ini karena bahkan seratus tahun setelah itu, dunia yang kita tinggali ini masih berkutat dengan permasalahan-permasalahan yang sama.

Angel Island akan kembali ditampilkan dalam dua pertunjukan pada Sabtu, 20 Mei 2023 dalam gelaran SIFA 2023. Judul ini hanya satu dari serangkaian gelaran seni yang dihadirkan dalam acara tahun ini.

Simak Video "Persiapan Festival Sang Kuda Renggong Desa Ranjeng Sumedang"
[-]
(aay/tia)

Sentimen: negatif (100%)