Sentimen
Positif (47%)
15 Mei 2023 : 09.20
Informasi Tambahan

BUMN: Bank Mandiri

Grup Musik: APRIL

Surplus Lagi, tapi Ekspor-Impor Loyo

15 Mei 2023 : 09.20 Views 13

Detik.com Detik.com Jenis Media: Ekonomi

Surplus Lagi, tapi Ekspor-Impor Loyo

Jakarta -

Hari ini Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan neraca perdagangan bulan April 2023. Kalangan ekonom memprediksi neraca dagang ini akan kembali surplus.

Ekonom PermataBank Josua Pardede mengungkapkan neraca dagang April 2023 diperkirakan akan mengalami surplus US$ 3,34 miliar.

Dia menyebut untuk ekspor akan minus 8,9% secara bulanan atau minus 21,6% secara tahunan. Sedangkan untuk kinerja impor diperkirakan tercatat minus 12,2% secara bulanan atau minus 8,5% secara tahunan.

-

-

"Baik ekspor dan impor diperkirakan akan mengalami pertumbuhan negatif secara bulanan sejalan dengan jumlah hari perdagangan yang lebih pendek di bulan April karena libur Idul Fitri dan cuti bersama," kata dia, Senin (15/5/2023).

Josua menambahkan meski demikian sebagian besar harga komoditas ekspor utama Indonesia seperti batubara dan CPO tercatat naik masing-masing sekitar 7% secara bulanan dan 2,3% secara bulanan.

Selain itu, sejalan dengan penurunan aktivitas manufaktur dari mitra dagang utama Indonesia seperti Uni Eropa dan China, maka volume ekspor diperkirakan akan cenderung menurun.

Sementara itu, di sisi impor, di tengah tren peningkatan aktivitas manufaktur Indonesia yang mengindikasikan adanya peningkatan impor diperkirakan akan terefleksi pada bulan Mei 2023 ini, mengingat jumlah hari yang lebih pendek sepanjang bulan April yang lalu.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memprediksi surplus neraca perdagangan Indonesia periode April 2023 mencapai US$ 3,25 miliar. Lebih tinggi dibandingkan periode Maret 2023 sebesar US$ 2,91 miliar.

Dia menyebutkan current account balance tahun 2023 diperkirakan masih akan mencatatkan defisit namun terkendali, sehingga masih mendukung stabilitas eksternal hingga taraf tertentu.

"Kinerja ekspor ke depan diperkirakan akan terus melemah akibat penurunan harga komoditas yang didorong oleh melemahnya permintaan global, di tengah tingginya inflasi dan berlanjutnya kenaikan suku bunga kebijakan," ujarnya.

(kil/das)

Sentimen: positif (47.1%)