Petani Minta HPP Gula Naik, Ini Respons Mentan
Detik.com Jenis Media: Ekonomi
Petani tergabung dalam Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) mengusulkan kenaikan harga pembelian gula di tingkat petani. Hal itu menimbang kenaikan biaya pokok produksi (HPP).
Merepons hal tersebut, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menjelaskan, produktivitas tebu nasional memang harus ditingkatkan. Pihaknya ingin tingkat rendemen atau kandungan gula menjadi 9 hingga 10% seperti yang sudah terjadi di beberapa negara.
"Yang jelas kan kita punya rendemen tebu memang sudah harus kita remajakan lagi, varietas-varietas baru yang rendemennya sampai 9 sampai di atas 10 beberapa negara itu sudah lakukan," katanya usai acara Fun Walk Sewindu PSN, di kawasan Gelora Bung Karno (GBK) di Jakarta, Minggu (14/5/2023).
"Tentu ini menjadi sesuatu yang harus diprospek ke depan, mendapatkan bibit baru, mekanisme sistem yang berguna, dengan demikian marginnya tentu akan lebih besar," ujarnya.
Syahrul mengatakan, pihaknya akan membela petani. Menurutnya, keluhan petani harus didengarkan dan dikaji untuk mencarikan keseimbangan.
"Dengan kondisi sekarang kita juga harus membela petani kita. Jadi saya dalam posisi selalu berpihak kepada petani yang ada, sehingga komplen-komplen itu saya kira kita harus dengarkan, harus kaji mencarikan keseimbangannya, walaupun posisi menteri atau pemerintah memediasi industri sendiri dan petani kita," ujarnya.
Sebelumnya, APTRI mengusulkan penyesuaian harga pembelian gula di tingkat petani. "Untuk HPP, APTRI mengusulkan Rp15.000/kg," kata Sekretaris Jenderal APTRI, Nur Khabsyin.
Usulan kenaikan HPP itu tentu bukan tanpa alasan. APTRI berpandangan, bahwa penyesuaian harga pembelian di tingkat petani ini telah dipertimbangkan Biaya Pokok Produksi (BPP) gula dari sejumlah komponen yang mengalami kenaikan.
"Wajar, jika HPP naik dikarenakan Biaya Pokok Produksi (BPP) gula juga naik, antara lain kenaikan biaya akibat pemakaian pupuk non subsidi, upah tenaga kerja, dan biaya transportasi," tutur dia.
Selain itu, penyesuaian harga di tingkat petani pun perlu dilakukan karena adanya penurunan produksi tebu.
"Saat ini, terjadi penurunan produksi tebu di kebun, dimana rata-rata penurunannya sekitar 20 persen. Jadi, misalkan satu hektar bisa keluar 100 ton sekarang tinggal menjadi 80 ton tebu. Penyebabnya antara lain adalah perubahan iklim akibat El-Nino," katanya.
Simak Video "Alasan Jokowi Tak Ajak Mentan saat Rapat Pangan di Istana"
[-]
(acd/zlf)
Sentimen: negatif (92.8%)