Sentimen
Informasi Tambahan
Grup Musik: APRIL
Kab/Kota: New York
Tokoh Terkait
Awas! Benih-Benih Kenaikan Suku Bunga The Fed Muncul Lagi
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar baik dari dalam negeri mampu mendongkrak kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Selasa kemarin. Namun, pelaku pasar masih berhati-hati terhadap dinamika eksternal khususnya ekspektasi suku bunga di Amerika Serikat (AS) membuat IHSG berfluktuasi.
Ekspektasi suku bunga bank sentral AS (The Fed) masih akan mempengaruhi pergerakan pasar finansial Indonesia pada perdagangan Rabu (9/5/2023). Apalagi nanti malam akan ada rilis data inflasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan pasar hari ini dibahas pada halaman 3.
IHSG kemarin tercatat menguat 0,15% ke 6.779,98. Sebanyak 297 saham menguat, 236 saham melemah, sementara 204 lainnya mendatar. Perdagangan menunjukkan transaksi mencapai Rp10,07 triliun dengan melibatkan 21,98 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,49 juta kali.
Kabar baik datang dari Bank Indonesia yang melaporkan Survei Konsumen pada April 2023 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) April 2023 sebesar 126,1, lebih tinggi dibandingkan dengan 123,3 pada Maret 2023.
"Menguatnya optimisme konsumen didorong oleh peningkatan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini maupun ekspektasi terhadap ekonomi ke depan," papar Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono, Selasa (9/5/2023).
Hal tersebut tercermin dari Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) April 2023 yang masing-masing tercatat sebesar 116,6 dan 135,5, lebih tinggi dari 113,1 dan 133,5 pada bulan sebelumnya.
Semakin optimistis konsumen artinya akan ada banyak belanja yang dilakukan. Hal ini bisa berdampak positif, sebab belanja konsumen merupakan motor penggerak perekonomian. Pada kuartal I-2023 kontribusinya mencapai 51,88%, bahkan hanya konsumsi rumah tangga yang tumbuh dibandingkan kuartal IV-2022, sektor lainnya mengalami kontraksi.
Sayangnya rilis data tersebut belum mampu mendongkrak kinerja rupiah yang melemah dua hari beruntun melawan dolar AS. Berdasarkan data Refinitiv, rupiah tercatat melemah 0,2% ke Rp 14.725/US$.
Pergerakan rupiah tersebut menjadi indikasi pelaku pasar sangat menanti data inflasi AS yang bisa memberikan gambaran lebih jelas kebijakan apa yang akan diambil The Fed.
Dari pasar obligasi, mayoritas Surat Berharga Negara (SBN) menguat, terlihat dari imbal hasilnya (yield) yang mengalami penurunan.
Untuk diketahui, pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi. Saat yield turun artinya harga sedang naik, begitu juga sebaliknya.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Biden dan McCarthy Bertemu, Wall Street Melemah Lagi
Sentimen: netral (88.9%)