Sentimen
Negatif (99%)
5 Mei 2023 : 16.59
Informasi Tambahan

Kasus: covid-19

Tokoh Terkait
Nailul Huda

Nailul Huda

Ekonom Jawab Bamsoet soal Ancaman Hiperinflasi: Masih Jauh

5 Mei 2023 : 16.59 Views 2

CNNindonesia.com CNNindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

Ekonom Jawab Bamsoet soal Ancaman Hiperinflasi: Masih Jauh
Jakarta, CNN Indonesia --

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengkritisi ucapan Ketua MPR RI Bambang Soesatyo yang menyebutkan Indonesia terancam menghadapi hiperinflasi pada September 2022 mendatang.

Menurut Nailul, Indonesia masih jauh dari ancaman hiperinflasi. Pasalnya, kondisi ekonomi tersebut tidak bisa terjadi secara tiba-tiba.

"Jadi hiperinflasi tidak terjadi secara tiba-tiba, di mana dari 5 persen langsung naik ke angka 10 persen. Pasti gradual kenaikannya," katanya kepada CNNIndonesia.com, Selasa (16/8).

-

-

Ia pun mencontohkan inflasi Amerika Serikat (AS) yang naik dari 5,3 persen ke 9,1 persen, itu terjadi dalam waktu Agustus 2021 sampai dengan Juni 2022. Artinya, tidak terjadi secara tiba-tiba.

Mengutip data BPS, inflasi RI tembus 4,94 persen secara tahunan pada Juli 2022. Realisasi itu naik dari bulan sebelumnya yang sebesar 4,35 persen.

Sementara, inflasi RI secara bulanan tercatat 0,64 persen pada Juli 2022. Angka itu juga naik dari bulan sebelumnya yang cuma 0,61 persen.

"Jadi, sepertinya sih tidak akan sampai 10 persen. Kecuali Pertalite harganya naik sampai Rp17 ribu," tegas Nailul.

Sebelumnya, Bambang Soesatyo mengatakan Indonesia terancam menghadapi hiperinflasi pada September 2022 mendatang. Ia memprediksi bulan depan inflasi RI bisa menembus angka 12 persen.

"Kita diprediksi akan menghadapi ancaman hiperinflasi dengan angka inflasi pada kisaran 10 hingga 12 persen," ungkap Bambang dalam Sidang Tahunan MPR RI.

Menurut dia, lonjakan harga pangan dan energi akan membuat inflasi semakin tinggi. Hal itu akan membuat beban rakyat bertambah di tengah pemulihan ekonomi pasca pandemi covid-19.

"Laju kenaikan inflasi, disertai dengan lonjakan harga pangan dan energi, semakin membebani masyarakat yang baru saja bangkit dari pandemi covid-19," tutur Bambang.

[-]

(mrh/bir)

[-]

Sentimen: negatif (99.6%)