BPS Waspadai Konflik China-Taiwan ke Neraca Dagang RI
CNNindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Badan Pusat Statistik (BPS) mewaspadai dampak konflik China dan Taiwan terhadap nasib neraca perdagangan RI dalam beberapa waktu ke depan.
"Secara global RI juga dihadapkan memanasnya situasi China da Taiwan. Perkembangan itu perlu kita waspadai karena China dan Taiwan penting dalam perdagangan internasional Indonesia," ungkap Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Setianto dalam konferensi pers, Senin (15/8).
Ia mengatakan pangsa pasar impor China mencapai 28,7 persen dari total impor RI sepanjang tahun lalu. Lalu, ekspor China tercatat 23,21 dari total ekspor RI pada 2021.
"China mitra dagang strategis, share ekspor impor Indonesia terhadap China cukup tinggi di atas 20 persen dari total ekspor impor Indonesia," tutur Setianto.
Sementara, ekspor RI ke Taiwan setara dengan 3 persen dari total ekspor pada tahun lalu. Untuk impornya sendiri sebesar 2,2 persen dari total impor RI pada 2021.
Menurut Setianto, China dan Taiwan juga eksportir utama komponen elektronik di dunia. Lebih rinci, China merupakan eksportir sirkuit elektronik terpadu terbesar kedua di dunia pada 2020, eksportir mesin pengolah data otomatis dan unitnya terbesar pertama di dunia pada 2020, dan eksportir office machine part terbesar pertama di dunia tahun lalu.
Untuk Taiwan, negara itu merupakan eksportir sirkuit elektronik terpadu terbesar pertama di dunia pada 2020 dan eksportir office machine part terbesar keempat di dunia pada 2020.
Jika dilihat, China masih mendominasi pasar ekspor nonmigas RI dengan total nilai US$5,03 miliar atau setara 20,77 persen pada Juli 2022. Kemudian, ekspor nonmigas ke Taiwan tercatat sebesar US$US$890 juta atau 3,68 persen per Juli 2022.
Dari sisi impor nonmigas, pangsa pasar China tetap menjadi yang pertama senilai US$5,94 miliar atau setara 35,17 persen per Juli 2022. Lalu, impor nonmigas dari Taiwan sebesar US$360 juta atau setara 2,12 persen pada Juli 2022.
Secara keseluruhan, neraca perdagangan Indonesia surplus US$4,23 miliar secara bulanan pada Juli 2022. Realisasi itu lebih rendah secara bulanan dari US$5,15 miliar pada Juni 2022.
Surplus neraca perdagangan terjadi karena nilai ekspor mencapai US$25,57 miliar atau turun 2,2 persen dari bulan sebelumnya yang sebesar US$26,15 miliar. Sementara nilai impor cuma US$21,35 miliar atau naik 1,64 persen dari posisi sebelumnya yang sebesar US$21 miliar.
[-]
(aud/agt)Sentimen: positif (94%)