Sentimen
Informasi Tambahan
Grup Musik: APRIL
Kab/Kota: Washington, New York
Kasus: PHK
Tokoh Terkait
Mengerikan! Begini Kronologi Lengkap Rontoknya Perbankan AS
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Runtuhnya First Republic menandai kegagalan bank terbesar kedua dalam sejarah AS, setelah Washington Mutual Inc yang gagal pada tahun 2008. Ini juga menandai akhir dari salah satu strategi paling sukses dalam perbankan: memikat deposan kaya dan memberi mereka layanan 'bintang lima'.
Senin dini hari, krisis perbankan resmi memakan korban baru dengan regulator AS menyita First Republic Bank dan mencapai kesepakatan untuk menjual sebagian besar operasinya kepada JPMorgan Chase, bank terbesar di AS.
Berikut adalah kronologi lengkap krisis perbankan regional AS yang ikut menimbulkan gejolak keuangan global.
Pada 8 Maret, SVB mengungkapkan perusahaan akan menggalang dana segar US$ 2,5 miliar dan menyebut perusahaan mengalami kerugian US$ 1,8 miliar akibat kepemilikan obligasi yang nilainya terus turun. Moody's bergerak cepat menurunkan peringkat SVB. Pada hari yang sama dalam kesempatan berbeda, bank kripto Silvergate mengumumkan pemberhentian operasi dan melakukan likuidasi karena kerugian besar yang dialami.
Pada 9 Maret CEO SVB meminta para nasabah dan deposan tetap tenang, namun kepanikan telah menyebar di sosial media utamanya datang dari bos VC yang meminta perusahaan rintisan dalam portofolionya untuk segera memindahkan dana dari SVB. Saham SVB anjlok 60% dengan nasabah menarik uang hingga US$ 40 miliar.
Pada 10 Maret SVB resmi bangkrut dan menjadi kegagalan terbesar kedua saat itu, sebelum dilewati oleh First Repulic. LPS AS (FDIC) menyita bank tersebut, investor panik dan melepas saham bank-bank regional dengan portofolio investasi serupa, termasuk First Republic.
Pada 12 Maret regulator New York menyita Signature Bank. FDIC, The Fed dan Kementerian keuangan AS berusaha meyakinkan warga AS dengan mengumumkan bahwa deposan tetap akan memiliki akses atas simpanan mereka. The Fed menyiapkan pinjaman darurat.
Pada 13 Maret, Presiden AS Joe Biden menyebut perbankan AS aman, namun saham bank regional terus berjatuhan dengan First Republic anjlok hingga 60% dalam sehari. Dari belahan benua lain, Bank Sentral Inggris mengumumkan bahwa HSBC akan mengakuisisi anak usaha SVB di Inggris untuk menghindari efek domino yang mungkin terjadi.
Pada 15 Maret saham Credit Suisse ambruk karena investor takut lembaga keuangan itu kekurangan uang pasca pernyataan dari pemegang saham terbesar, Saudi National Bank. Bank sentral Swiss bergerak cepat meyakinkan investor dan menyebut siap membantu apabila diperlukan.
Pada 16 Maret, sebanyak 11 bank besar AS tanggung rente menyediakan bantuan US$ 30 miliar kepada First Republic yang diinisiasikan oleh Menkeu AS Yellen dan bos JPMorgan Jamie Dimon. Dari benua Eropa, Credit Suisse menyebut akan meminjam US$ 54 miliar dari bank sentral Swiss.
Pada 17 Maret, sehari setelah mendapatkan kepastian bantuan, saham First Republic kembali merosot dan diisukan tengah dalam pembicaraan dengan sejumlah pemodal swasta (private equity/PE) untuk mengakuisisi sebagian bisnis perusahaan.
Pada 19 Maret, UBS resmi mengakuisisi Credit Suisse senilai US$ 3,2 miliar. LPS AS akhirnya berhasil menjual 40 cabang Signature Bank kepada New York Community Bancorp.
Pada 26 Maret, First Citizen Bank setuju untuk mengakuisisi SVB setelah sekian lama kesusahan mencari pembeli. Kesepakatan tersebut termasuk pembelian pinjaman senilai US$ 72 miliar atau terdiskon US$ 16,5 miliar dari harga wajar. Sementara itu US$ 90 miliar sekuritas dan aset lainnya tidak masuk dalam penjualan dan masih dalam kendali LPS AS.
Pada 28 Maret, pejabat The Fed Michael Barr dalam kesaksiannya di depan MPR AS (congress) menyalahkan bos perbankan dan menyebut akan mencari tahu biang kerok sebenarnya, namun tidak menjelaskan bagaimana kegagalan dapat terjadi di bawah pengawasan mereka.
Pada 30 Maret, Biden memanggil regulator dan meminta untuk memperketat aturan perbankan yang selama pemerintahan Donald Trump kebijakannya dilonggarkan.
Pada 14 April, JPMorgan, Citigroup dan sejumlah bank raksasa AS menyampaikan laporan keuangan yang tangguh, memberikan sinyal bahwa nasabah lebih menyukai bank-bank raksasa dengan likuiditas jumbo.
Pada 24 April, First Republic mengungkapkan bahwa dalam tiga bulan pertama tahun ini nasabah menarik dana hingga US$ 102 miliar keluar dari bank tersebut atau nyaris 60% dari dana pihak ketiga dalam neraca keuangan perusahaan akhir Desember 2022 senilai US$ 176 miliar. Perusahaan menyebut akan melakukan PHK atas 25 karyawan dan memotong kompensasi eksekutif dengan besaran yang tidak dirinci.
Petinggi bank menyelesaikan earning call hanya dalam beberapa menit dan tidak membuka sesi tanya jawab atau menggubris para analis.
Pada 25 April saham First Republic anjlok 50% pasca pengungkapan kinerja keuangan.
Pada 26 April saham First Republic terus ambles dan menyentuh harga US$ 5,69/saham dari semula mencapai US$ 150 sekitar setahun sebelumnya.
Pada 28 April, The Fed merilis laporan yang menyebut keteledoran dalam mengawasi bank regional AS serta gagal mengambil langkah kuat sebelum kejatuhan SVB. LPS AS secara terpisah merilis laporan dan mencerca manajemen buruk Signature Bank.
Pada 1 Mei, First Republic diambil alih oleh LPS AS dan segera dijual ke JPMorgan Chase, menjadikannya bank AS terbesar kedua berdasarkan aset yang runtuh setelah Washington Mutual pada tahun 2008.
[-]
-
Bukti Kejatuhan Silicon Valley Bank Berdampak Sistemik
(fsd/fsd)
Sentimen: negatif (100%)