Sentimen
Informasi Tambahan
Kasus: covid-19, PHK
Tokoh Terkait
Masih Ingat Clubhouse? Bos Besar Ungkap Nasibnya Kini, Miris!
CNBCindonesia.com Jenis Media: Tekno
Jakarta, CNBC Indonesia - Saat pandemi Covid-19, sebuah platform audio-chat bernama Clubhouse hadir dan langsung mendulang popularitas. Lalu bagaimana nasibnya sekarang setelah lebih dari dua tahun berlalu?
Baru-baru ini, Clubhouse mengumumkan PHK ke 50% karyawannya. Clubhouse mengatakan perlu mengambil langkah efisiensi demi kelangsungan bisnis.
Berdasarkan pantauan di LinkedIn, dikutip dari CNBC International, Jumat (28/4/2023), jumlah karyawan Clubhouse hanya sekitar 200 orang. Artinya, PHK akan berdampak pada sekitar 100 orang.
"Ketika mobilitas masyarakat sudah kencang setelah Covid, makin sulit untuk berinteraksi di Clubhouse secara intens," kata pendiri Paul Davison dan Rohan Seth, melalui keterangan resmi.
"Kami sadar bahwa produk kami harus berevolusi agar tetap relevan," mereka menambahkan.
Pada Januari 2021, firma ventura Andreessen's, memimpin pendanaan untuk Clubhouse yang valuasinya dilaporkan US$ 1 miliar. Angka itu naik dari US$ 100 juta pada 2020.
Lantas, dalam 3 bulan setelahnya, valuasi Clubhouse tiba-tiba terbang menjadi US$ 4 miliar. Davison sempat mengakui bahwa perusahaannya terlampau cepat tumbuh, dan risikonya tentu besar.
Clubhouse Dijiplak Facebook-Twitter CsAplikasi audio-chat digunakan oleh banyak orang, termasuk miliarder Elon Musk. Awalnya, Clubhouse hanya bisa digunakan di iOS dan dengan sistem undangan dari pengguna lainnya. Lalu berkembang masuk ke platform Android.
Kepopuleran Clubhouse juga membuat raksasa teknologi lain seperti Facebook, Twitter, dan Spotify tertarik menggarap layanan serupa. TheVerge juga melaporkan Amazon tengah mengembangkan platform yang mirip.
Salah satu pendiri dan CEO Clubhouse Paul Davison menjelaskan, saat masyarakat mulai lepas dari pandemi hal serupa juga terjadi pada platformnya. Menurutnya, Clubhouse berkembang tak lagi hanya didengarkan orang yang terjebak di rumah akibat pandemi Covid-19.
"Mirip dengan podcast, Clubhouse jadi platform untuk orang-orang yang mendengarkan konten audio saat dalam perjalanan. Dari bepergian ke gym, melipat cucian di rumah, orang-orang mendengarkan Opera merangkum wawancaranya dengan Adele, atau mempelajari soal apa yang terjadi dengan NFT," kata Davis dikutip dari CNBC Internasional, Jumat (28/4/2023).
Davison menambahkan, Clubhouse telah berkembang jadi pelengkap keseharian penggunanya saat pandemi usai. Yakni sama seperti saat seseorang tetap akan menggunakan Amazon meski sekarang sudah bisa pergi ke toko lagi.
"Clubhouse jadi pelengkap lain dari perilaku dunia nyata kita, mirip dengan orang tidak akan berhenti menggunakan aplikasi kencan karena bar buka atau berhenti berbelanja di Amazon karena bisa pergi ke toko," jelasnya.
Upaya Clubhouse untuk Tetap RelevanSecara platform, Clubhouse juga terus dikembangkan. Davison mengatakan pihaknya telah melakukan pembaruan pada produknya dan fitur anyar.
Misalnya terdapat fitur baru Clips dan Replays untuk kreator bisa membagikan momen terbaik saat perbincangan. Interaksi lebih jauh juga bisa dilakukan melalui Pinned Links.
Menurutnya aplikasi yang dibangun versi beta dulunya telah disempurnakan. Sejumlah fitur telah ditingkatkan, termasuk fitur pencarian, tag topik, dan link pada bagian atas room.
"Kami juga telah mengerjakan pelokalan, membuat Clubhouse tersedia dalam 26 bahasa dan memungkinkan pengguna internasional melihat aplikasi dalam bahasa asli mereka," jelasnya.
[-]
(tib)
Sentimen: positif (96.8%)