China Tekan Sektor Perdagangan Taiwan Buntut Kunjungan Pelosi
CNNindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNN Indonesia --
Pemerintah China tidak akan menghancurkan ekonomi Taiwan usai kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taipei. Namun, Negeri Tirai Bambu lebih memilih untuk menekan sektor perdagangan Taiwan.
Mengutip SCMP, Kamis (11/8), ahli di Akademi Ilmu Sosial China Lu Xiang mengatakan latihan militer tentara China di selat Taiwan menimbulkan spekulasi bahwa negara itu akan memblok pulau yang bergantung pada ekspor, meluas ke bisnis pengiriman dan semikonduktor global.
"Otoritas daratan tidak memiliki niat untuk menghancurkan ekonomi Taiwan karena itu akan merugikan kehidupan orang-orang biasa," kata Lu Xiang.
Menurutnya, China melihat Taiwan sebagai provinsi pemberontak yang harus disatukan kembali dengan wilayah daratan, meski dengan cara kekerasan.
Sehingga, negara itu mulai menyiapkan pasokan komoditas strategis seperti minyak mentah, dan melakukan upaya diplomatik yang luas untuk mempersiapkan kemungkinan adanya sanksi Barat.
China tidak mengungkapkan cadangan minyak mentahnya, tetapi diperkirakan stoknya dapat bertahan selama 40-50 hari.
Lu menambahkan latihan militer itu menunjukkan tekad dan kapasitas, dan tanggapan yang diperlukan untuk provokasi dari Amerika Serikat dan Taiwan yang menentang prinsip satu-China.
"Politik AS sangat tidak stabil sehingga kartu Taiwan mungkin sering dimainkan. Kita harus tetap siap tempur kapan saja," katanya.
Taiwan, yang nilai perdagangan luar negerinya mencapai US$830 miliar tahun lalu lebih dari produk domestik bruto (PDB) US$773 miliar, sangat rentan terhadap ketegangan geopolitik dan blokade ekonomi.
China Daratan dan Hong Kong menyumbang sekitar 40 persen dari perdagangan Taiwan, membuatnya sangat rentan terhadap sanksi ekonomi.
Menteri ekonomi Taiwan Wang Mei-hua mengatakan awal bulan ini bahwa stok minyak pulau itu bisa bertahan 146 hari, sementara cadangan gas alam akan bertahan sekitar 10 hari.
Kementerian Perdagangan China mengumumkan pekan lalu akan menghentikan impor jeruk, beberapa ikan rantai dingin dan makanan olahan dari Taiwan. Selain itu Beijing juga melarang ekspor pasir alam, bahan yang digunakan oleh industri semikonduktor penting di pulau tersebut.
Namun target aksi perdagangan tersebut relatif terbatas jika dibandingkan dengan nilai keseluruhan perdagangan bilateral yang mencapai US$328 miliar pada tahun lalu.
Hubungan ekonomi dan perdagangan, serta pertukaran orang, dulunya merupakan alat utama bagi Beijing untuk mempertahankan hubungan dengan pulau itu.
Taktik itu efektif selama pemerintahan Kuomintang yang pro-Beijing pada 2008 hingga 2016, ketika kedua belah pihak menandatangani lebih dari 20 perjanjian ekonomi dan perdagangan bilateral berkembang pesat.
Namun, hubungan memburuk setelah Partai Progresif Demokratik yang pro-kemerdekaan berkuasa pada 2016, yang mempromosikan Kebijakan Menuju Selatan Baru untuk mengurangi koneksi lintas selat.
Menanggapi hal itu, China lantas menyetop izin perjalanan individu menuju Taiwan pada musim panas 2019. Padahal, sebelumnya lebih dari 2 juta orang per tahun wisatawan asal China daratan berpergian ke pulau itu.
Kepala ekonom untuk Asia-Pasifik di Natixis Alicia Garcia Herrero mengatakan jika situasinya tidak segera dikurangi, implikasi ekonominya pasti akan lebih besar daripada tiga krisis di Selat Taiwan masa lalu.
Seperti blokade yang mungkin akan berdampak pada sektor semikonduktor, dan juga keterlambatan pengiriman energi untuk ekonomi Asia karena pengiriman memutar atau mengurangi kecepatan di wilayah tersebut.
"Dalam jangka menengah, ini akan mempercepat tren yang ada untuk ekonomi dan perusahaan yang berbeda untuk mendiversifikasi rantai pasokan mereka," Alicia Garcia.
Goldman Sachs memperkirakan dampak jangka pendek pada pertumbuhan pembatasan perdagangan lintas selat baru-baru ini menjadi kurang dari 0,1 persen dari PDB Taiwan.
Namun, gangguan perdagangan yang berlangsung lama bisa sangat merusak ekonomi Taiwan, dengan dampak global yang besar, termasuk di China daratan.
Kepala statistik kementerian keuangan Taiwan Beatrice Tsai mengatakan tindakan ekonomi Beijing saat ini tidak mungkin berdampak besar pada perdagangan bilateral dan industri elektronik kedua belah pihak sangat bergantung satu sama lain.
"Kami berharap sangat kecil kemungkinan China memberlakukan sanksi ekonomi yang lebih ketat pada bisnis Taiwan karena hubungan ekonomi kami yang sangat bergantung," katanya seperti dikutip Bloomberg.
[-]
(dzu/agt)
Sentimen: negatif (98.5%)