Wall Street Terbakar, Netflix-J&J Biang Keroknya
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Amerika Serikat (AS) mengakhiri perdagangan di zona merah pada Selasa (18/4/2023).
Indeks Dow Jones melemah tipis 10,55 point atau 0,03% ke 33.976,63.
Indeks Nasdaq juga melemah tipis 4,31 atau 0,04% ke posisi 12.153,41. Hanya indeks S&P 500 yang menguat itupun dengan tipis. Indeks menguat 3,55 poin atau 0,09% ke posisi 4.154,87.
Sejumlah sentimen penting menjadi penggerak bursa saham Wall Street kemarin.
Di antaranya adalah laporan kinerja perusahaan pada kuartal I-2023 serta proyeksi kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).
Pekan ini merupakan awal dimulainya laporan keuangan dan kinerja perusahaan kuartal I-2023. Di antara perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan kemarin adalah Goldman Sachs, Boeing Co, Bank of America, Netflix, hingga Johnson & Johnson.
Pendapatan Johnson & Johnson (J&J) naik menjadi US$ 24,75 miliar pada kuartal I-2023, dari US$ 23,43 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan juga lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar yang berada di kisaran US$ 23,67 miliar.
Namun, perusahaan mencatatkan rugi bersih senilai US$ 68 juta pada kuartal I-2023, dari laba bersih sebesar US$ 5,15 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
J&J memperkirakan pendapatan perusahaan akan mencapai US$ 97,9-98,9 miliar pada tahun ini tetapi pendapatan dari sektor farmasi diperkirakan akan terus tergerus hingga 2025.
Menyusul laporan keuangan perusahaan, saham J&J ditutup melemah 2,8%.
Netflix melaporkan pendapatan sebesar US$ 8,16 miliar pada kuartal I-2023, naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yakni US$ 7,87 miliar.
Namun, pendapatan mereka di bawah ekspektasi analis yakni US$ 8,18 miliar.
Saham Netflix menguat tipis 0,29% pada penutupan perdagangan kemarin.
Sementara itu, Goldman Sachs melaporkan pendapatan sebesar US$ 12,22 miliar pada kuartal I-2023, turun 5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Saham Goldman Sach ditutup melemah 1,7% pada perdagangan kemarin.
Analis memperkirakan musim laporan keuangan kuartal I tahun ini akan diwarnai berita mengecewakan. Melemahnya ekonomi serta kebijakan ketat The Fed menjadi alasannya.
"Apa yang kita lihat saat ini adalah situasi tenang sebelum badai datang sepanjang periode laporan keuangan. Pasar tengah menebak-nebak apakah akan ada perbaikan atau tidak. Namun, sepertinya justru akan memburuk pada beberapa pekan ke depan," tutur Brad McMillan, chief investment officer dari Commonwealth Financial Network, dikutip dari Reuters.
Analis memperkirakan laporan keuangan perusahaan yang masuk indeks S&P akan jatuh 4,8% pada kuartal I-2023.
Investor bahkan tidak memperhitungkan laporan keuangan perbankan karena apa yang terjadi pada Silicon Valley Bank (SVB).
Tiga bank AS tumbang pada Maret lalu yang membuat pasar panik.
Di antaranya adalah SVB, Signature Bank, dan Silvergate bank.
"Bank-bank besar masih akan sangat baik kinerjanya. Fokus dari investor adalah kinerja bank-bank regional," tutur Paul Nolte, senior wealth advisor dari Murphy & Sylvest Wealth Management.
Pelaku pasar juga masih menanti sinyal kebijakan The Fed sebelum menggelar rapat Mei mendatang.
Pejabat The Fed masih berbeda pendapat mengenai kenaikan.
Presiden Fed St. Louis James Bullard pada Selasa (18/4/2023) mengatakan The Fed perlu terus menaikkan suku bunga karena inflasi AS masih membandel.
Sebaliknya, Presiden Fed Atlanta mengatakan The Fed kemungkinan besar hanya akan menaikkan suku bunga sekali lagi.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
[-]
-
Inflasi Produsen Naik, Wall Street Kembali Tumbang(mae/mae)
Sentimen: netral (65.3%)