Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: London
Tokoh Terkait
Nailul Huda
Igun Wicaksono
6 Curhat Sedih Driver Grab-Gojek soal Penyebab Krisis Ojol
CNBCindonesia.com Jenis Media: Tekno
Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah pengendara ojek online (ojol) curhat soal pekerjaannya saat ini. Berbeda dengan saat awal kemunculan platform, pendapatan mereka terus berangsur menurun.
Salah satu yang membahas hal tersebut adalah laporan studi dari Mahasiswa Doktoral London School Economics (LSE), Muhammad Yorga Permana. Laporan itu menyatakan para driver merasa pendapatannya terus menurun, bahkan sebelum pandemi pada 2019 lalu.
Berikut ini beberapa curhatan yang dialami driver ojol, dirangkum CNBC Indonesia, Senin (17/4/2023):
1. Pendapatan Menurun
Selain laporan dari Muhammad Yorga, Ketua Umum Asosiasi Pengemudi Ojek Daring Garda Indonesia, Igun Wicaksono mengatakan pendapatan ojol beberapa waktu terakhir menurun berkisar 50%. Bahkan ada yang di bawah Upah Minimal Provinsi.
Padahal tahun-tahun pertama kemunculan ojol, para driver bisa mengantongi Rp5-10 juta. "Makin ke sini makin menurun lagi karena perusahaan aplikasi menerapkan potongan di luar dari permintaan kita sangat tinggi," ungkap Igun, kepada CNBC Indonesia belum lama ini.
2. Potongan Besar Aplikasi
Potongan yang dilakukan oleh aplikator juga dirasa cukup besar. Igun mengatakan saat ini potongannya mencapai lebih dari 20%.
Dengan potongan yang terlalu besar ini membuat pendapatan driver tak bisa setinggi yang dibayarkan konsumen. "Potongan kepada kami sangat besar, inilah yang menjadi kendala," tegasnya.
3. Pilih Jadi Pegawai Tetap
Laporan Muhammad Yorga menyebutkan dua pertiga dari 1.000 pengemudi yang disurvei ingin beralih profesi. Jika bisa memilih, mereka punya keinginan untuk jadi pegawai kantoran dibandingkan pengemudi ojol.
"Dua pertiga dari mereka mengungkapkan jika mereka bisa memilih, lebih memilih pekerjaan tradisional [jam kerja] 9 sampai 5 daripada bekerja sebagai pengemudi transportasi online," tulis penelitian tersebut.
4. Cari Penghasilan Tambahan
Profesi ojol juga tak lagi jadi sumber pendapatan utama bagi para driver. Ini disebakan karena menurunnya penghasilan mereka.
Para driver akhirnya menjadikan profesi ojol hanya sebagai sampingan dan mencari tambahan dari pekerjaan lainnya.
5. Tidak Boleh Jadi Driver Di Tempat Lain
Para driver juga dilarang menjadi mitra di tempat lain. Igun menjelaskan khususnya mereka tidak boleh menjadi pengendara ojol untuk dua perusahaan ride hailing besar dalam waktu bersamaan pada satu ponsel.
Salah satu yang dilakukan adalah mereka menggunakan lebih dari satu perangkat. Ini dilakukan agar para driver bisa menjaga pendapatannya dan menjadi mitra dari beberapa perusahaan.
Peneliti Ekonomi Digital Nailul Huda mendukung untuk driver bisa diperlakukan adil dengan pengguna. Para pengguna nyatanya bisa memilih dan memiliki aplikasi lebih dari satu pada perangkat yang sama.
"Dalam satu device boleh saja, ada Maxim Gojek ada Grab ada Indriver," ujarnya.
6. Banyak Saingan
Ketua Umum Asosiasi Driver Online (ADO), Taha Syafaril mengatakan jika driver tak bisa memenuhi ekspekstasi pengguna ojol. Sebab mereka harus mengejar target hingga menambah jam kerja karena banyak pesaingnya sebagai driver.
"Tapi mitra tidak bisa melakukan perbaikan layanan karena menerima pendapatan dari tarif yang makin kecil. Sangat banyak saingan dan harus menambah jam kerja," kata dia saat dihubungi CNBC Indonesia.
"Yang merusak sistem transportasi online adalah aplikasi sendiri. Dengan terus menambah biaya potongan tanpa peduli kesulitan mitra driver".
[-]
-
Sedih Banget, Penghasilan Ojol Jeblok Dipotong Grab-GojekSentimen: netral (76.2%)