Sektor Teknologi Gak Bergairah, Kinerja 5 Saham Ini Buktinya
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor berbasis teknologi kini tidak begitu bergairah pergerakannya seperti masa-masa tahun 2021. Dimana pada tahun tersebut beberapa harga saham pada emiten-emiten di sektor teknologi naik hingga ribuan persen.
Di posisi pertama ada saham milik salah satu group salim yakni PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang sepanjang 2021 melejit hingga 10.370%. Di urutan kedua saham milik salah satu group Chairul Tanjung dengan kinerja terbaik dicatatkan oleh PT Allo Bank Tbk (BBHI), yang sepanjang tahun lalu melesat 4.386,66%.
Saham PT Bank Jago Tbk (ARTO) juga mengalami kenaikan hingga 335% pada 2021. ARTO diperdagangkan di harga Rp3.516 pada 4 Januari 2021, lalu naik menjadi Rp16.000 pada pengujung 2021. Dan salah satu emiten dengan kapitalisasi pasar yang cukup besar yakni PT Elang Mahkota Teknologi Tbk juga mengalami kenaikan sebesar 63% sepanjang tahun 2021. Dan beberapa emiten di sektor teknologi lainnya yang naik hingga ribuan persen.
Tercatat, sektor IDX technology sepanjang tahun 2021 menguat 380,4%, jauh di atas return yang dihasilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yaitu sebesar 10%.
Penyebab utama dari kenaikan saham-saham teknologi sepanjang tahun 2021 tidak terlepas dari sifat sektor teknologi dan digital yang merupakan bisnis relevan di masa pandemi Covid-19. Sehingga, menyebabkan emiten platform digital, fintech, penyedia jasa penyimpanan, penyedia jaringan mengalami peningkatan yang signifikan.
Namun jika menghimbau kinerja beberapa harga saham teknologi dalam satu tahun terakhir ini justru mengalami penurunan yang cukup drastis.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, Sepanjang 2022 sektor teknologi terpangkas nyaris setengahnya atau mengalami koreksi 42,61% dalam setahun. Catatan buruk tersebut tercermin dari kinerja emiten eks startup yang langsung kehabisan bahan bakar pasca melantai di bursa.
Terkoreksinya emiten-emiten di sektor teknologi dikarenakan efek dari kenaikan suku bunga yang menyebabkan biaya-biaya operasional pada perusahaan berbasis teknologi mengalami peningkatan. Sehingga peningkatan pada biaya-biaya tersebut membuat beberapa emiten di sektor teknologi mengalami penurunan laba hingga mengalami kerugian.
Penurunan kinerja pada beberapa emiten di sektor teknologi membuat investor asing kapok berinvestasi di sektor teknologi. Diketahui Grup perbankan Jepang yakni Softbank pada akhir Maret 2023 mengurangi porsi kepemilikan di saham GOTO. Softbank mengurangi porsi di GOTO karena pada laporan keuangan sepanjang tahun 2022 GOTO mencatatkan kerugian bersih Rp40,5 triliun. Kerugian ini meningkat 56% dari tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) senilai Rp25,9 triliun.
Namun, Direktur Jendral Aplikasi dan Informatika Kominfo, Semuel Abrijani mengungkapkan, sektor teknologi dan telekomunikasi diproyeksikan masih akan tetap tumbuh di 2023. Hanya saja, pertumbuhan tersebut dikatakannya tidak akan setinggi saat pandemi covid-19.
Karena di masa covid, sektor lain redup namun sektor teknologi dan telekomunikasi meningkat karena tingginya permintaan market saat itu.
Pertumbuhan sektor teknologi juga tidak lepas dari kenaikan suku bunga. Jika suku bunga naik maka akan kembali menjadi beban bagi para pelaku usaha di sektor teknologi.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
[-]
-
Lock Up Usai, Diam-diam Ada yang Jual Saham GOTO Rp 414 M(saw/saw)
Sentimen: negatif (99.7%)