Terkuak! Ini Pemicu Rupiah Makin Kuat Gencet Dolar AS
Detik.com Jenis Media: Ekonomi
Rupiah menguat signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Rupiah terpantau berada di level Rp 14.700/US$ dari awalnya sempat berada di rentang Rp 15.000-an/US$ selama beberapa waktu lalu.
Analis DCFX Futures Lukman Leong mengatakan mata uang Rupiah menguat imbas dari data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan.
"Rupiah menguat cukup besar hari ini didorong oleh pelemahan luas pada mata uang Dolar AS setelah data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan," ungkap Lukman ketika dihubungi detikcom, Kamis (13/4/2023).
Di sisi lain, imbal hasil obligasi Indonesia juga terlihat kembali turun, Lukman menilai hal ini mencerminkan permintaan kuat pada SBN.
Selain itu dari sisi internal, rencana pemerintah memberlakukan aturan baru devisa hasil ekspor juga disebut dapat meningkatkan cadangan devisa dari surplus perdagangan.
"Faktor internal dan eksternal keduanya mendukung penguatan besar rupiah hari ini," lanjut Lukman.
Dia memprediksi bila sentimen-sentimen positif ini terus terjadi Rupiah bisa menguat hingga mencapai level Rp 14.000 di akhir tahun.
"Saya melihat rupiah berpotensi mencapai 14rb atau di bawahnya di akhir tahun," ungkap Lukman.
Analisis serupa disampaikan Ibrahim Assuaibi, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka. Menurutnya mata uang Dolar AS diperdagangkan mendekati posisi terendah selama dua bulan pada hari Kamis karena data inflasi AS yang lebih lemah dari perkiraan.
"Jadi, kekhawatiran akan resesi membuat pasar menghargai peluang yang lebih besar bahwa Federal Reserve akan menghentikan siklus kenaikan suku bunga," ungkap Ibrahim.
Dari sisi internal, Ibrahim menyebutkan pelaku pasar optimis ekonomi Indonesia masih diatas 5%. Hal tersebut didukung oleh proyeksi IMF (International Monetary Fund) dalam laporan World Economic Outlook (WEO) pada April 2023 yang merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 dari 4,8% menjadi 5,0%.
"Hal tersebut menandakan ekonomi Indonesia akan tetap tangguh pada tahun 2023 meskipun pertumbuhan ekonomi global melambat. Namun melambatnya ekonomi global membuat Indonesia berfokus terhadap sektor domestik yang terus tumbuh," papar Ibrahim.
(hal/hns)Sentimen: negatif (61.5%)