Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: Garuda Indonesia
Tokoh Terkait
Rupiah Pecah Rekor, Ucapan 2 Pejabat Ini Ternyata Benar
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Pagi ini, Kamis (13/4/2023), mata uang Garuda alias rupiah menguat tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) dan sukses mencetak rekor terkuat tahun ini.
Melansir data Refinitiv, rupiah langsung melesat 0,37% ke Rp 14.820/US$ di pasar spot. Ini adalah rekor terkuat 2023 sebelumnya Rp 14.830/US$ yang dicapai pada 2 Februari lalu. Penguatan rupiah ini sebenarnya sudah dibaca sebelumnya oleh Bank Indonesia dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Ketua Dewan Komisioner (DK) Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa memperkirakan bahwa dolar AS akan kembali membanjiri pasar keuangan sehingga mendorong penguatan nilai tukar rupiah. Hal ini terkait dengan posisi AS yang tengah terjepit risiko resesi sehingga bank sentralnya mengelontorkan uang kembali ke dalam sistem.
"Dampaknya ke kita rupiah mulai menguat, berarti banyak beredar uang beredar di sana sebagian masuk ke sini dan sebagian di negara lain, jadi harusnya gambar ekonomi global akan beda dibanding yang kita lihat awal tahun ini, jadi kita sekarang bisa lebih optimis lagi terhadap prospek ekonomi dunia dan prospek ekonomi kita sendiri," ungkapnya kepada CNBC Indonesia TV, Kamis (13/4/2023).
Pasar modal juga akan berpotensi meningkat dari posisi sekarang yang loyo sejak awal tahun.
"Termasuk dampaknya di pasar saham kita juga harusnya akan naik terus, jadi kalau anda suka investasi di saham ya anda beli sekarang lah. Jadi kalau kita kebijakan bank sentral agak aneh, Amerika ya, bunga naik tapi inject uang ke sistem besar," kata Purbaya.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo sebelumnya meyakini bahwa rupiah akan menguat. Dia menyebut ada lima faktor yang bisa mendukung penguatan ini.
"Ada 5 alasan nilai tukar rupiah akan menguat dan kembali ke fundamentalnya," ungkap Perry dalam acara Economic Outlook 2023 dengan tema "Menjaga Momentum Ekonomi di Tengah Ketidakpastian" di Hotel St. Regis, Jakarta, dikutip Kamis (13/4/2023).
Pertama, kata Perry adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia, bahkan lebih baik dibandingkan negara lain seperti China.
"Prospek ekonomi Indonesia baseline kami 4,9% dengan China lebih baik bisa 5% - 5,1%," jelasnya
Kedua adalah inflasi yang terkendali di level yang rendah, meskipun beberapa waktu lalu ada kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Ketiga, imbal hasil atau yield dari surat berharga negara (SBN) menarik. Keempat adalah kondisi neraca perdagangan dan defisit neraca pembayaran tetap surplus.
Perry menambahkan, yang kelima adalah komitmen BI dalam menstabilkan nilai tukar dengan sederet instrumen. Dari lima faktor yang disebut Perry, empat diantaranya bisa dikatakan bisa mendukung penguatan rupiah. Komitmen BI sudah tidak perlu diragukan lagi, kemudian inflasi juga sudah mulai melandai.
[-]
-
Video: Tarik Devisa Hasil Ekspor, PR BI Jaga Rupiah di 2023
(haa/haa)
Sentimen: positif (98.4%)