Sentimen
Positif (100%)
4 Apr 2023 : 20.40
Informasi Tambahan

Event: Piala Dunia U-20 2021

Institusi: Universitas Al Azhar Indonesia

Partai Terkait

Pengamat: Jika PDIP Gabung Koalisi KIR dan KIB Akan Ada Potensi Polarisasi di Masyarakat

4 Apr 2023 : 20.40 Views 7

Liputan6.com Liputan6.com Jenis Media: Regional

Pengamat: Jika PDIP Gabung Koalisi KIR dan KIB Akan Ada Potensi Polarisasi di Masyarakat

Liputan6.com, Jakarta Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komaruddin melihat PDI Perjuangan sulit bersatu dengan kepentingan koalisi besar yakni Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dan Kebangkitan Indonesia Raya (KIR).

Ujang mengatakan, Koalisi Besar sudah punya Presiden Jokowi sebagai king maker. Sementara jika PDIP bergabung, maka akan ada dua kepentingan bersama Megawati Soekarnoputri.

"Saya melihatnya sulit kalau PDIP bergabung dengan koalisi besar, karena sudah ada Jokowi sebagai king maker. Sedangkan jika PDIP masuk ada Megawati,” ujar Ujang saat dihubungi merdeka.com, Selasa (4/4/2023).

Ujang menilai, kepentingan Jokowi dan Megawati dalam Pilpres 2024 belum tentu sama. Hal ini nantinya menentukan arah koalisi PDIP yang menentukan arah koalisi parpol besutan Megawati Soekarnoputri tersebut.

"Kita lihat saja ke depan apakah kepentingan Jokowi dan Megawati sama. Kalau sama bisa gabung kalau beda akan jalan masing-masing. Koalisi besar di bawah komando Jokowi, PDIP di bawah komando Megawati,” tutur Ujang.

Ujang menambahkan, jika PDIP bergabung dengan Koalisi Besar, maka pertarungan Pemilu 2024 menjadi tidak menarik. Sudah dapat diprediksi capres-cawapres yang akan bertarung nantinya hanya dua pasang saja.

"Kalau PDIP bergabung enggak menarik kan cuma ada dua pasang. Koalisi besar plus PDIP dengan Koalisi Perubahan,” kata dia.

Dia mendorong PDIP membuat poros sendiri, atau bahkan mencalonkan capres dan cawapres sendiri. Sebab, hanya PDIP yang memiliki golden ticket memenuhi aturan 20 persen presidential threshold.

"Mestinya pasangan capres dan cawapres harus banyak agar rakyat punya pilihan. Agar tidak terjadi polarisasai seperti Pilpres 2019,” kata dia lagi.

Ditambah lagi, konfigurasi capres dan cawapres akan berjalan rumit apabila PDIP masuk. Dia meyakini saat ini koalisi besar sudah satu paham dengan Jokowi untuk mengusung Prabowo Subianto sebagai capres.

Di sisi lain, PDIP hingga kini masih tetap ngotot ingin mengusung capres dari kadernya sendiri. Hal ini yang dilihat Ujang menjadi kecil peluang PDIP untuk bergabung dengan koalisi besar.

"Saya melihatnya capresnya Prabowo. Karena kita lihat dari tiga besar ada nama Prabowo, Ganjar dan Anies. Kalau Anies sudah didukung Koalisi Perubahan,” kata Ujang.

Sementara Ganjar Pranowo, kata Ujang, tampaknya telah dieleminiasi dukungannya dari Jokowi. Sebab, secara terang-terangan menolak Israel untuk bertanding di Piala Dunia U-20.

"Maka yang 3 besar itu elektabilitasnya tinggi hanya prabowo yang ada di koalisi besar,” tutur Ujang.

Pernyataan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan yang menyebut sebagian aura Presiden Joko Widodo (Jokowi) pindah ke Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto menjadi sorotan.

Sentimen: positif (100%)