Sentimen
Positif (99%)
1 Apr 2023 : 01.31
Informasi Tambahan

Institusi: Universitas Indonesia, ITB

Kab/Kota: bandung, Depok

Tokoh Terkait

Pulang dari Amerika, Bangun Internet Pertama RI di Depok

1 Apr 2023 : 01.31 Views 3

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Tekno

Pulang dari Amerika, Bangun Internet Pertama RI di Depok

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada tahun 1960, ilmuwan dari Massaschusetss Institute of Technology (MIT), J.C.R Licklider, memublikasikan makalah berjudul Intergalactic Network. Intinya dia berhasil menemukan cara yang memungkinkan komputer di seluruh dunia dapat terhubung dan saling bertukar data secara wireless. 

Awalnya dunia skeptis terhadap penemuannya. Namun, berselang 9 tahun kemudian, keraguan itu runtuh. Tepat pada 1969, Amerika Serikat melalui Departemen Pertahanan lewat proyek Advanced Research Projects Agency (ARPA) mengembangkan teknologi yang ditemukan Licklider. Hasilnya adalah ARPANet, media komunikasi militer yang jadi cikal bakal internet di dunia.

Lewat ARPANet, komunikasi militer antara pusat komando dapat mudah berlangsung. Seiring waktu, internet yang awalnya eksklusif hanya digunakan oleh militer lantas diproduksi secara massal dan menjadi milik publik lewat sejumlah modifikasi dan regulasi tertentu. Dari sinilah terjadi demokratisasi teknologi.

-

-

Publik pun mulai merasakan kemudahan terhubung satu sama lain, khususnya dalam ranah akademis di beberapa kampus ternama di barat pada tahun-tahun berikutnya. Demokratisasi internet inilah yang juga dirasakan oleh mahasiswa pascasarjana Indonesia yang berkuliah di luar negeri.

David T. Hill dan Krishna Sen dalam The Internet in Indonesia's New Democracy (2015) menyebut, interaksi mahasiswa inilah yang kemudian saat pulang kampung mengenalkan internet ke Indonesia pada tahun 1980-an. Orang pertama yang mengenalkan itu adalah Joseph Luhukay.

Tempo dalam Apa dan Siapa? (2004) menyebut Luhukay adalah mahasiswa doktoral ilmu komputer di University of Illinois, AS. Setelah lulus pada 1983, dia kembali dan mendirikan Fakultas Ilmu Komputer di almamaternya, Universitas Indonesia (UI).

"Saya merasakan bahwa perkembangan IT 99,9 % terletak di negara maju, dan kita hanya sebagai pemakai. Itulah yang membuat saya terdorong mendirikan Fakultas Ilmu Komputer," katanya kepada Tempo.

Di UI kiprahnya lebih dari itu. Dalam The Internet in Indonesia (2007), diketahui kalau Luhukay juga mendirikan koneksi internet pertama di Indonesia pada 1983. Dia sukses mengenalkan UINET, jaringan internet dalam kampus yang secara resmi bergabung dengan jaringan global, UUNet yang tergabung dalam UUCP (Unix-to-Unix Copy). 

Konsep UINET sama seperti kampus-kampus di AS. Para mahasiswa dan dosen jadi bisa mengakses internet lewat komputer untuk memudahkan kerja-kerja akademis. Mereka bisa mencari informasi dan mengirim pesan. 

Hasil kerja Luhukay ini kemudian membuatnya dilirik Menteri Riset dan Teknologi, B.J Habibie. Pada 1986, Habibie mempromosikan perluasan jaringan internet tidak hanya sebatas di UI, tetapi seluruh Indonesia. Nama proyek ini adalah IPTEKNET yang diluncurkan pada 1991.

Tiga tahun kemudian, tepat pada 1994, barulah IPTEKNET berselancar di dunia maya dengan penggunaan publik terbatas. IPTEKNET menyewa jaringan internet di AS melalui perusahaan komunikasi Global One. Meski hanya berkecepatan 14,4 Kbps, kehadiran program itu berhasil membawa masyarakat Indonesia ke dalam babak baru perkembangan sistem informasi global yang luar biasa dan transformatis. 

Pengembangan internet ini kemudian didukung penuh oleh Institut Teknologi Bandung (ITB). Masih mengutip riset David T. Hill, salah satu pakar telekomunikasi, Onno W. Purbo, menyebut ITB berkomitmen membantu dan menyediakan akses Internet bagi dunia pendidikan dan penelitian di Indonesia.

Komitmen ini kemudian terbukti pada 1996. Berkat bantuan ITB, Indonesia mendapat bantuan dari Japan Satellite Corporation (JSat) untuk memperoleh bandwidth 1,5 Mbps. Dengan penambahan jaringan tersebut, internet Indonesia mulai bangkit. Makin cepat dan tidak lemot. 

Kehadiran internet membuat banyak orang kepo. Akibatnya muncul bisnis baru, yakni Warung Internet (Warnet), yang jadi jembatan di kala mahalnya media penghubung. Dengan menyewakan komputernya kepada konsumen, pemilik Warnet juga sukses membuka aksesibilitas masyarakat Indonesia terhadap internet.

Kini, internet bukan lagi barang langka. Setiap orang sudah terhubung dengan internet. Barangkali tanpa adanya bantuan Joseph Luhukay, Indonesia akan lebih lambat menerima internet.

Nama Luhukay memang tidak begitu terkenal di dunia internet. Sebab, dia lebih banyak menghabiskan hidupnya di dunia ekonomi. Ya, sejak 1990-an, dia banting setir menjadi ekonom dan bankir di Bank Niaga. Terakhir nama dia tercatat sebagai Presiden Direktur Rabobank Indonesia, bank yang sudah berdiri 29 tahun sebelum akhirnya tutup pada 2018 lalu. 


[-]

Sentimen: positif (99.9%)