Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: PT Telekomunikasi Selular
Hewan: Domba
Institusi: IPB, Institut Pertanian Bogor
Kab/Kota: Bogor, Tebet, Pasar Minggu, Bukit Duri
Kasus: covid-19
Tokoh Terkait
Laras, Ecodoe, dan Inspirasi CT Si Anak Singkong
CNNindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNN Indonesia --
Laras Widyaputri nyaris bangkrut saat mengembangkan bisnis Ecodoe.com pada 2017 lalu. Ia harus menanggung sendiri utang perusahaan sekitar Rp500 juta.
Perempuan berusia 29 tahun itu mulai mengembangkan Ecodoe saat kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB) 2010 silam. Ecodoe merupakan wadah sejumlah mahasiswa di kampusnya untuk berwirausaha.
Awalnya Ecodoe menjual kerajinan tangan dari akar wangi dan bulu domba. Produk-produk tersebut mereka ambil dari masyarakat sekitar kampus IPB.
Sambil kuliah, Laras aktif di Ecodoe. Saat itu ada lima orang yang terlibat di Ecodoe, termasuk dirinya. Lambat laun, beberapa anggota sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Laras tetap bertahan. Sampai lulus kuliah pada 2014 lalu, ia dan seorang temannya terus menjalankan bisnis Ecodoe. Saat itu, Ecodoe mulai menjual beragam souvenir dan pernak-pernik terkait wisuda ataupun ulang tahun.
Laras sempat bekerja di sebuah perusahaan IT selepas lulus. Jadi ia bekerja sambil menggerakkan bisnisnya tersebut. Dua pekan sekali, Laras ke Bogor untuk bertemu dengan tim Ecodoe.
Menurut Laras, saat itu kantor Ecodoe masih di Bogor. Mau tidak mau ia harus bolak-balik Jakarta-Bogor dua minggu sekali. Namun, Laras melihat bisnis Ecodoe seperti jalan di tempat.
Anak pertama dari empat bersaudara itu akhirnya memutuskan keluar kerja meski baru enam bulan dan mulai fokus menggerakkan Ecodoe. Ia mengaku ingin memiliki usaha sendiri.
"Karena kita harus fokus jika membuat usaha sendiri," kata Laras kepada CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
Laras dan temannya yang sejak awal mendirikan Ecodoe terus berbenah. Lamban laun bisnisnya berkembang. Ecodoe saat itu sudah melayani pengadaan barang kantor dari sejumlah UMKM lokal.
Ia juga kerap ikut berbagai kelas untuk memperdalam ilmu bisnis. Beberapa kali dirinya ikut bothcamp atau program inkubasi terkait bisnis di Indonesia maupun Singapura.
Maklum, kata Laras, saat kuliah dirinya yang mengambil jurusan Ekonomi Sumberdaya Lingkungan tak mendapat materi kuliah soal bisnis.
Pecah Kongsi
Namun, terjadi prahara antara Laras dengan rekannya pada 2017. Mereka berdua pecah kongsi. Terdapat masalah yang mengharuskan salah satu keluar dari Ecodoe. Perusahaan memiliki utang sampai Rp500 juta.
Laras ingat saat itu rekannya yang laki-laki ini memberi tawaran agar dirinya meninggalkan Ecodoe. Rekannya itu berjanji menyelesaikan tunggakan setengah miliar tersebut. Ia tak yakin rekannya bisa.
Laras akhirnya memilih bertahan dan merelakan rekannya keluar dari Ecodoe. Ia berkomitmen melunasi utang-utang tersebut. Laras sempat panik, bingung, karena punya utang Rp500 juta saat usianya masih 23 tahun.
Lulusan S1 jurusan Ekonomi Sumberdaya Lingkungan itu kemudian mengajak salah satu penggagas Ecodoe, Istiq Farila. Mereka berdua membenahi Ecodoe yang sedang jatuh.
Ia pun kembali membuka buku "Chairul Tanjung Si Anak Singkong" ketika usahanya sedang terpuruk. Laras pertama kali membaca buku itu saat masih duduk di bangku kuliah.
Menurut Laras, buku "Si Anak Singkong" ini sangat menginspirasi. Banyak nilai serta pesan Chairul Tanjung alias CT yang disampaikan lewat buku yang terbit pada 2012 lalu.
Salah satu pesan yang Laras ingat adalah tentang doa dan dukungan dari orang tua yang CT ceritakan. Ia mengingat dalam buku itu bagaimana orang tua CT mendukung setiap langkah yang ia ambil.
Doa Restu Orang Tua
Dari sini, Laras pertama-tama menemui orang tuanya. Ia mengaku menceritakan kondisi bisnisnya dan memiliki utang sampai Rp500 juta.
Saat itu, Laras meminta doa restu orang tuanya untuk melanjutkan bisnisnya. Ia tak meminta agar orang tuanya membantu membayarkan utang-utang perusahaannya tersebut.
Kata Laras, baik ayah maupun ibunya sejak awal tak mendukung dirinya berbisnis. Menurutnya, mereka lebih ingin anaknya bekerja saja. Mereka pun sering menyodorkan lowongan-lowongan pekerjaan.
"Akhirnya mendukung pas hampir bangkrut," ujarnya.
Laras mengaku belajar mental berbisnis dari buku 'Si Anak Singkong'. Ia memahami tentang manajerial bisnis lewat cerita yang disampaikan CT saat pertama kali mengakuisisi Bank Mega.
Menurutnya, CT cerita bagaimana menangani Bank Mega. Dari bank dengan kredit macet hampir 90 persen sampai membaik dan tumbuh. Bahkan Bank Mega tak terdampak krisi moneter pada 1998 silam.
Buku itu juga menunjukkan kegigihan dan kerja keras CT. Ia coba menanamkan nilai-nilai tersebut dalam membangun bisnis Ecodoe.
"Beliau juga sebagai seorang pengusaha amanah, punya itikad baik. Ini juga yang membuat beliau banyak dipercaya oleh orang lain buat kerja sama," ujarnya.
Dari buku itu, kata Laras, dirinya belajar untuk fokus, kerja keras, dan tak berleha-leha dalam membangun sebuah bisnis.
Ia membangun Ecodoe menjadi platform berbasis website yang mewadahi UMKM. Perlahan penjualan meningkat. Pembeli terus bertambah, begitu juga UMKM yang bergabung.
Menurut Laras, dalam dua tahun pertumbuhan mencapai sekitar 500 persen setelah hampir bangkrut. Satu per satu utang Ecodoe ia bayarkan. Sampai akhirnya utang Rp500 juta tersebut bisa lunas semua.
Bina UMKM
Laras menyebut instansi pemerintah seperti kementerian maupun swasta menjadi langganan pembelian barang di Ecodoe. Salah satu produk terlaris pihaknya adalah seragam kantor dan souvenir kit.
Saat ini sudah ada sekitar 1.300 UMKM di seluruh Indonesia yang tergabung dalam Ecodoe. Produk yang dijual UMKM ini sederhana, seperti pouch, tumbler, seragam kantor, dan berbagai souvenir lainnya.
Pembeli Ecodoe sudah tersebar di 70 kota seluruh Indonesia, dan 8 negara. Namun, Laras mengaku pihaknya lebih fokus mengembangkan pasar dalam negeri.
Laras pun berhasil mendapat pendanaan dari Telkomsel di tengah pandemi Covid-19 lewat program yang digagas anak CT, Putri Tanjung, Elevate Women 2021.
Laras mengaku sudah beberapa kali mendapat penghargaan selama menjalankan Ecodoe dari berbagai program wirausaha yang diadakan lembaga dalam maupun luar negeri.
Penghargaan yang ia terima antara lain, Credit Suisse Enterprise Development Program pada 2018, Social Impact Prize by DBS Foundation & Singapore International Foundation pada 2019
Kemudian Startup Teknologi Unggulan RistekDikti 2019, USAID & SwissContact Business Support 2019-2020, Gender-Lens Funding from BIDUK US-Aussie 2020-2022, serta Startup Inovasi Indonesia BRIN 2021.
"Sebenarnya saya enggak nyaman list penghargaan kayak gini," ujarnya.
[-]
Ecodoe, kata Laras, tak hanya memberikan akses pasar, tetapi juga mendampingi dan membina para UMKM. Tujuannya agar UMKM bisa menjaga kualitas produk mereka.
Selain itu, Ecodoe juga membantu pembiayaan kepada para UMKM. Menurutnya, terkadang instansi pemerintah atau swasta tak mudah memberikan uang muka.
"Jadi saya belajar dari Pak CT, pintu satu terbuka, pintu lain ikut terbuka," katanya.
Dalam bisnis ini, Laras menyebut Ecodoe tak mengenakan biaya potongan kepada para UMKM. Ia justru menaikkan harga jual dari UMKM. Misal salah satu UMKM mematok harga satu picis kalender Rp10 ribu, pihaknya menjual Rp13 ribu.
Saat ini Ecodoe sudah memiliki dua kantor, meskipun masih sewa. Kantor pertama berada di daerah Bukit Duri, Tebet dan yang kedua di Rawabambu, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Ecodoe berada di bawah naungan PT Ecodoe Widya Candia Internasional.
"Saya ingin mendorong UMKM Indonesia tidak hanya naik kelas, tapi juara di negeri sendiri. Karena peluang pasarnya besar sekali di Indonesia, sampai anggaran Rp400 triliun pemerintah untuk pengadaan dari UMKM," ujar Laras.
Karena ekosistem yang sudah berubah jauh dari awal pembentukan Ecodoe, Laras berencana melakukan rebranding tahun ini. Ia mau mengganti nama serta logo Ecodoe.
Selama menjalankan bisnis, Laras mengaku mengingat satu nilai yang ditanamkan CT lewat buku 'Si Anak Singkong'. Nilai tersebut yakni pesan orang tua CT, bahwa sebaik-baiknya manusia itu harus menjadi manusia yang bermanfaat buat orang banyak.
"Jadi itu value yang ternyata di balik suksesnya Bank Mega," kata Laras.
Punya kisah luar biasa lainnya? Ceritakan perjuangan hidup atau perjalanan bisnis Anda yang terinspirasi dari Chairul Tanjung Si Anak Singkong. Dengan begitu, Anda berkesempatan untuk makan malam dan berdialog bersama Chairul Tanjung.
Cukup download buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong secara gratis di sini: detik.com/anaksingkong60th
(fra/fra)
[-]
Sentimen: positif (50%)