Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) diperkirakan tidak akan alami resesi pada tahun ini. Ekonominya bahkan membalik karena perubahan arah kebijakan dan memberikan dampaknya positif terhadap global, termasuk Indonesia.

Ketua Dewan Komisioner (DK) Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menuturkan, dengan perkiraan sebelumnya, harusnya ekonomi AS sudah masuk resesi pada April 2023, sebab penurunan beberapa indikator sejak Juli 2022.

-

-

"Hanya mereka menjalankan kebijakan responsnya agak lambat beberapa bulan kemudian baru dia inject uang ke sistem atau mulia longgarkan kebijakan, tapi dengan cara seperti sekarang belum jatuh betul kebijakan sudah diubah, mereka mengeluarkan kuantitatif easing lagi artinya mereka mendorong ekonomi lagi untuk tumbuh lebih cepat," ujarnya dalam wawancara dengan CNBC Indonesia TV, Jumat (31/3/2023)

"Jadi hampir pasti ekonomi Amerika ga akan resesi tahun ini atau kalau resesi pun amat dangkal," tegas Purbaya.

Hal ini akan menjadi angin segar bagi global, termasuk Indonesia. Di mana dolar AS akan kembali membanjiri pasar keuangan sehingga mendorong penguatan nilai tukar rupiah.

"Dampaknya ke kita rupiah mulai menguat, berarti banyak beredar uang beredar di sana sebagian masuk ke sini dan sebagian di negara lain, jadi harusnya gambar ekonomi global akan beda dibanding yang kita lihat awal tahun ini, jadi kita sekarang bisa lebih optimis lagi terhadap prospek ekonomi dunia dan prospek ekonomi kita sendiri," paparnya.

Pasar modal juga akan berpotensi meningkat dari posisi sekarang yang loyo sejak awal tahun.

"Termasuk dampaknya di pasar saham kita juga harusnya akan naik terus, jadi kalau anda suka investasi di saham ya anda beli sekarang lah. Jadi kalau kita kebijakan bank sentral agak aneh, Amerika ya, bunga naik tapi inject uang ke sistem besar," terang Purbaya.

[-]

-

Alert! Rupiah Jadi Yang Terburuk di Asia
(mij/mij)