Sentimen
Informasi Tambahan
Institusi: Griffith University
Kasus: covid-19
Tokoh Terkait
Buka Puasa Aman Covid, Simak Pesan Epidemiolog!
CNBCindonesia.com Jenis Media: Tekno
Jakarta, CNBC Indonesia - Bulan puasa tahun ini menjadi pertama kalinya sejak kasus Covid-19 mulai melandai dan mobilitas berangsur kembali normal. Namun, perlu disadari jika virus tersebut masih ada dan tidak sepenuhnya hilang, jadi tetap perlu berhati-hati untuk melakukan kegiatan bersama seperti buka puasa ataupun sahur.
Epidemiologi, Dicky Budiman menjelaskan jika risikonya memang makin turun. Namun bukan tanpa risiko atau 0 risiko.
Dia menjelaskan masyarakat perlu memiliki kemampuan menilai risikonya sendiri. Misalnya terkait kapan harus menggunakan dan melepaskan masker.
"Jadi ini yang tentunya bergantung pada beberapa faktor, internal orangnya. Kalau internal itu dia komorbid enggak usia berapa, kategori lansia. Kalau di Australia, mayoritas saya melihat masih pakai masker," kata Dicky yang juga peneliti Global Health Security Policy Centre for Environmental and Population Health Griffith University, Australia, kepada CNBC Indonesia, Senin (27/3/2023).
Selain itu yang perlu jadi catatan adalah mereka yang komorbid, seperti diabetes atau gangguan imunitas. Orang dalam kategori tersebut perlu berhati-hati karena tidak pernah mengetahui apakah lingkungan sekitar ada yang membawa virus atau tidak.
Faktor vaksin juga harus jadi catatan untuk melakukan kegiatan bersama. Dalam konteks Covid, Dicky menjelaskan terkait harus sudah mendapatkan dosis booster.
Selain lansia dan komorbid, perlu jadi perhatian adalah anak-anak dan juga ibu hamil. Risiko lainnya adalah mereka yang bekerja dengan bertemu banyak orang seperti tenaga kesehatan dan pelayan publik.
"Kalau lansia, cukup dengan orang terdekat yang tahu kita tahu semuanya sudah booster dan tidak dalam keadaan sakit. Buka bersama lebih baik pesan online, di rumah. Kalau di restoran cari yang setidaknya semi terbuka. Kalau di dalam tidak berdesakan," ungkapnya.
Dicky menambahkan jika saat ini risikonya tidak lagi bicara soal kematian atau keparahan. Namun terkait long Covid yang bisa menurunkan kualitas kesehatan.
"Sangat merugikan. Ini yang harus dipahami. Sekali lagi tadi self risk asessment," ujar Dicky.
[-]
-
WHO Simpan Daftar Ngeri Wabah 'Penerus' Covid, Ada Penyakit X(npb/npb)
Sentimen: negatif (93.9%)