Sentimen
Negatif (66%)
24 Mar 2023 : 13.10
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Shanghai

Tokoh Terkait
Janet Yellen

Janet Yellen

Wall Street Cerah, Tapi Bursa Asia Kok Malah Loyo?

24 Mar 2023 : 13.10 Views 1

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

Wall Street Cerah, Tapi Bursa Asia Kok Malah Loyo?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka melemah pada perdagangan Jumat (24/3/2023), berlawanan arah dari bursa Amerika Serikat (AS) yang ditutup menguat kemarin.

Indeks Nikkei 225 Jepang dibuka turun 0,19%, Hang Seng Hong Kong terkoreksi 0,77%, Shanghai Composite China terpangkas 0,16%, Straits Times Singapura terdepresiasi 0,31%, ASX 200 Australia melemah 0,47%, dan KOSPI Korea Selatan lesu 0,13%.

-

-

Dari Jepang, inflasinya terpantau melambat untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu tahun terakhir, karena subsidi energi pemerintah menutupi tren dasar yang lebih kuat menjelang perubahan kepemimpinan pertama bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) dalam satu dekade.

Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI), tidak termasuk makanan segar naik 3,1% pada Februari 2023, melambat lebih dari satu persentase poin dari bulan sebelumnya karena biaya energi yang lebih murah.

Sementara ukuran utama untuk bank sentral melambat dalam kabar baik yang jelas untuk Gubernur baru BoJ, Kazuo Ueda yang akan datang. Sedangkan inflasi yang termasuk makanan dan energi dipercepat ke laju tercepat dalam lebih dari empat dekade terakhir, menunjukkan penguatan harga fundamental yang semakin cepat.

Hal ini bisa memicu spekulasi pasar bahwa Ueda mungkin harus bergerak menuju normalisasi kebijakan lebih cepat.

"Langkah-langkah pemerintah membatasi energi, tapi kami perkirakan harga pangan akan terus naik untuk sementara waktu," kata Yuichi Kodama, ekonom di Meiji Yasuda Research Institute, dikutip dari Bloomberg.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung melemah terjadi di tengah cerahnya bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan Kamis kemarin.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup ambruk 1,63%, S&P 500 ambles 1,65%, dan Nasdaq Composite ambrol 1,6%.

Sebelumnya pada Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bp) menjadi 4,75-5,0%. Meski tetap menaikkan suku bunga, tetapi kenaikan ini sudah sesuai dengan prediksi pasar, berdasarkan alat CME FedWatch.

Namun, kenaikan suku bunga The Fed ini terjadi di tengah krisis perbankan AS yang mengguncang dunia. Keputusan The Fed tersebut menegaskan jika inflasi tetap menjadi pertimbangan utama The Fed.

Inflasi AS sebenarnya sudah melandai ke 6% (year-on-year/yoy) pada Februari 2023, dari 6,4% (yoy) pada Januari 2023. Namun, masih jauh di atas target The Fed di kisaran 2%.

Chairman The Fed, Jerome Powell mengatakan rapat Federal Open Market Committee (FOMC) mempertimbangkan untuk menahan kenaikan suku bunga karena adanya krisis perbankan.

Namun, rapat tetap memutuskan kenaikan karena inflasi masih kencang dan pasar tenaga kerja masih panas.

Dalam sepekan terakhir, AS tengah diguncang krisis yang menimpa tiga bank mereka. Silicon Valley Bank (SVB), Signature Bank, dan Silvergate Bank.

Dengan adanya krisis perbankan yang melanda Negeri Paman Sam pekan lalu, maka pelaku pasar berharap bahwa sikap The Fed dapat makin melunak di pertemuan berikutnya.

Di lain sisi, investor di kawasan Asia-Pasifik dan sebagian di AS cenderung mempertimbangkan pernyataan dari Menteri Keuangan AS, Janet Yellen terkait krisis perbankan di AS.

Yellen mengatakan bahwa tindakan darurat federal yang digunakan untuk mendukung SVB dan nasabah Signature Bank dapat digunakan lagi jika perlu.

"Kami telah menggunakan alat penting untuk bertindak cepat untuk mencegah penularan. Dan itu adalah alat yang bisa kami gunakan lagi," kata Yellen dalam kesaksian tertulis di hadapan subkomite House Appropriations, dikutip dari CNBC International.

"Tindakan kuat yang kami ambil memastikan simpanan orang Amerika aman dan tentunya, kami akan siap untuk mengambil tindakan tambahan jika diperlukan," tambahnya.

Komentarnya muncul karena regulator bertujuan untuk meyakinkan nasabah dan investor di tengah krisis perbankan yang dipromosikan oleh penutupan SVB.

CNBC INDONESIA RESEARCH


[-]

-

Investor Fokus ke China, Bursa Asia Dibuka Loyo
(chd/chd)

Sentimen: negatif (66.7%)