Ribuan Teken Petisi Tolak Penangkapan 2 Ribu Monyet untuk Lab
CNNindonesia.com Jenis Media: Tekno
Jakarta, CNN Indonesia --
Koalisi Aksi Peduli Monyet menolak penangkapan monyet ekor panjang untuk uji coba bahan obat-obatan manusia. Para relawan pun menggelar petisi untuk mencari dukungan membatalkan izin penangkapan monyet mulai Senin (7/6).
Petisi yang digelar melalui laman Change.org, dalam waktu 3 hari sudah didukung 1.000 orang. Petisi juga disebarkan di media sosial oleh beberapa figur publik untuk menjaring masyarakat luas.
Mereka meminta agar Dirjen KSDAE, Wiratno membatalkan izin tangkap tangkap 2.070 monyet untuk uji coba laboratorium.
Salah satu perwakilan Koalisi Aksi Peduli Monyet, Lala mengatakan monyet ekor panjang dengan nama latin Macaca fascicularis saat ini memiliki status rentan di daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN).
"Saat ini, monyet ekor panjang itu sudah memiliki status rentan di daftar merah International Union for Conservation of Nature karena habitatnya hilang dan populasinya menurun drastis," ujar Lala lewat keterangan tertulis, Jumat (11/6)
Meski begitu, ia mengklaim Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Ditjen KSDAE- KLHK) malah membiarkan 2.070 ekor monyet untuk ditangkap dan diekspor.
Selain pembatalan kuota tangkap dan ekspor, koalisi juga berharap KLHK dapat menjalankan tugasnya untuk menjaga dan rehabilitasi habitat monyet ekor panjang.
"Habitat mereka hancur, banyak yang sampai ke kebun warga untuk cari makan. Dan tentu saja, mengekspor mereka untuk 'dibunuh' malah akan memperburuk keadaan, bukan memperbaikinya," ujar Lala.
Ditjen KSDAE- KLHK disebut berencana menangkap dan mengekspor 2.070 monyet ekor panjang. Koalisi menganggap rencana Ditjen KSDAE itu akan semakin membahayakan populasi monyet ekor panjang.
Koalisi melaporkan, ribuan monyet ekor panjang itu akan diekspor untuk dijadikan objek uji coba obat-obatan manusia.
Berdasarkan penelitian The Physicians Committee for Responsible Medicine, sebuah organisasi kesehatan non-pemerintah di Amerika Serikat, koalisi mengatakan bahwa penggunaan hewan dalam uji vaksin memakan waktu dan terbukti telah berkali-kali gagal.
Misalnya, saat uji coba vaksin MERS dan SARS. Koalisi menyebut tidak bisa ditemukan model yang tepat untuk uji coba dengan hewan.
"Padahal nasib monyet ekor panjang ini sudah cukup memprihatinkan. Sebelumnya, banyak bayi monyet ekor panjang yang ditangkap dari alam liar untuk dijadikan sebagai peliharaan oleh influencer. Sekarang, malah mereka diberi izin untuk ditangkap dan dijadikan objek uji coba obat yang belum tentu berhasil," pungkas Lala.
(mik/mik)
[-]
Sentimen: negatif (99.8%)