Sentimen
Negatif (97%)
16 Mar 2023 : 20.28
Informasi Tambahan

BUMN: BNI, BRI, Bank Mandiri, Bank Tabungan Negara

Partai Terkait
Tokoh Terkait

Kemarin Bergairah, 11 Saham Bank RI Malah Loyo Lagi

17 Mar 2023 : 03.28 Views 1

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

Kemarin Bergairah, 11 Saham Bank RI Malah Loyo Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas saham perbankan besar di Indonesia terpantau kembali terkoreksi pada perdagangan sesi I Kamis (16/3/2023), di tengah mulai meluasnya krisis perbankan global.

Dari 13 saham bank dengan KBMI 3 dan 4, delapan saham terkoreksi, tiga saham cenderung stagnan, dan 2 saham menguat.

Adapun dari empat bank raksasa atau big four, pergerakannya cenderung beragam pada pagi hari ini.

-

-

Berikut pergerakan saham bank KBMI 3-4 pada perdagangan sesi I hari ini.

Emiten Kode Saham Harga Terakhir Perubahan Harga Bank Permata BNLI 920 -5,64% Bank Danamon Indonesia BDMN 2.640 -2,94% Bank CIMB Niaga BNGA 1.185 -2,07% Bank Mega MEGA 5.100 -1,92% Bank OCBC NISP NISP 730 -1,35% Bank Tabungan Negara BBTN 1.160 -1,28% Bank Pan Indonesia PNBN 1.320 -0,75% Bank Mandiri BMRI 9.975 -0,75% Bank Syariah Indonesia BRIS 1.520 0,00% Bank Central Asia BBCA 8.325 0,00% Bank Maybank Indonesia BNII 224 0,00% Bank Rakyat Indonesia BBRI 4.710 0,21% Bank Negara Indonesia BBNI 8.900 1,14%

Sumber: RTI

Hingga pukul 09:32 WIB, saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) menjadi yang paling parah koreksinya pada pagi hari ini, yakni ambruk 5,64% ke posisi harga Rp 920/unit.

Berikutnya ada saham PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) yang ambles 2,94% ke Rp 2.640/unit.

Sedangkan untuk saham bank big four, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) terpantau terkoreksi 0,75% ke Rp 9.975/unit. Namun, untuk saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) cenderung stagnan di level Rp 8.325/unit.

Masih dari saham bank big four, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) justru menguat masing-masing 0,21% dan 1,14%.

Saham perbankan di RI secara mayoritas terkena kembali aksi profit taking investor, apalagi setelah adanya indikasi bahwa krisis Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank mulai meluas dan kini mulai mengguncang Eropa.

Meluasnya krisis perbankan semakin meningkatkan kekhawatiran pasar jika ada persoalan besar dalam sistem perbankan global.

Terbaru, bank investasi asal Swiss yakni Credit Suisse pun mulai mengalami hal-hal yang tidak terduga sebelumnya. Saham Credit Suisse sudah turun selama delapan hari perdagangan dengan pelemahan menembus 39%.

Persoalan Credit Suisse bermula setelah mereka mengakui ada "kelemahan material" yakni kelemahan dalam kontrol internal mereka ketika bank terlambat merilis laporan keuangan.

Bank dengan operasional terbesar di Swiss tersebut menunda rilis laporan keuangan mereka yang seharusnya diserahkan kepada Komisi Sekuritas dan Bursa AS pekan lalu.

Keterlambatan terjadi karena mereka merevisi laporan arus kas perusahaan pada 2019 dan 2020.

Sebagai catatan, laporan keuangan 2022 menyebut bank yang berdiri sejak 1856 tersebut mencatat rugi bersih senilai US$ 7,8 miliar.

Kerugian salah satunya oleh penarikan dana besar-besaran hingga menembus 110 billion francs atau sekitar US$ 120 miliar (Rp 1.843,2 triliun).

Persoalan semakin runyam karena investor terbesar mereka, Saudi National Bank, menolak memberikan tambahan modal karena terbentur aturan kepemilikan saham maksimal 10%.

Kepemilikan mereka kini mencapai 9,9%. Saudi National Bank membeli saham Credit Suisse saat bank tersebut mengumpulkan dana hingga US$ 4,2 miliar pada 2022 sebagai bagian dari restrukturisasi dan perbaikan kinerja.

Bank beraset 530 miliar franc atau sekitar US$ 573 miliar (Rp 8.801 triliun) tersebut memang diketahui kerap ditimpa masalah.

"Faktor utama dari kejatuhan pasar saat ini adalah hilangnya kepercayaan. Ini adalah bentuk ketakutan karena pasar tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi (pada bank-bank)," Mark Stoeckle, CEo dari Adams Funds, dikutip dari CNBC International.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


[-]

-

Saham BBRI & BBCA Paling Sumringah Sambut BI Rate
(chd/chd)

Sentimen: negatif (97%)