Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Shanghai
Kasus: covid-19
Tokoh Terkait
Bursa Asia Berakhir Variatif, Nikkei-IHSG Bergairah
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik ditutup beragam pada perdagangan Kamis (9/3/2023), di tengah adanya penurunan inflasi di China pada Februari lalu.
Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup menguat 0,63% ke posisi 28.623,199, ASX 200 Australia naik tipis 0,05% ke 7.311,1, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terapresiasi 0,35% menjadi 6.799,79.
Sedangkan untuk indeks Hang Seng Hong Kong ditutup melemah 0,63% ke 19.925,74, Shanghai Composite China terkoreksi 0,22% ke 3.276,09, Straits Times Singapura terpangkas 0,38% ke 3.214,51, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,53% menjadi 2.419,09.
Dari China, inflasi China melambat pada Februari lalu karena konsumen masih tetap berhati-hati mengeluarkan uang mereka meskipun kontrol pandemi nol-Covid yang ketat telah berakhir tahun lalu.
Berdasarkan data resmi Biro Statistik Nasional (NBS) yang dirilis hari ini menunjukkan inflasi tahunan (year-on-year/yoy) Februari 2023 tercatat 1%, sekaligus menjadi laju paling lambat sejak Februari 2022. Inflasi itu turun dari bulan sebelumnya sebesar 2,1% (yoy).
Inflasi pada Februari juga berada di bawah estimasi dalam survei Reuters sebesar 1,9% (yoy). Adapun, pemerintah telah menetapkan target inflasi pada 2023 sebesar 3%.
Sedangkan inflasi inti tahunan, tidak termasuk harga makanan dan energi, tercatat 0,6% (yoy) pada Februari, turun dibandingkan dengan 1% pada Januari lalu. Angka ini mencerminkan permintaan domestik yang kian lemah.
Adapun secara bulanan (month-to-month/mtm), terjadi deflasi 0,5% pada Februari 2023, berbalik dari inflasi 0,8% mtm pada bulan sebelumnya dan di bawah ekspektasi inflasi sebesar 0,2% (mtm).
Parlemen China telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi secara konservatif yakni sekitar 5%. Hal ini menjadi sebuah tanda bahwa pembuat kebijakan menyadari terdapat hambatan ekonomi yang masih sulit untuk diselesaikan.
Perekonomian terbesar kedua di dunia itu telah mengalami pemulihan tentatif dari gangguan Covid-19 sambil menghadapi permintaan yang lebih lemah di luar negeri dan penurunan properti domestik.
Beberapa Ekonom mengatakan bahwa China tetap akan melihat tekanan inflasi dalam beberapa bulan mendatang, sebagian besar berkat berakhirnya upaya untuk menekan Covid-19.
Sementara itu dari Jepang, ekonominya berhasil terlepas dari jeratan resesi setelah mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,1% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada kuartal IV/2022.
Berdasarkan data yang dirilis Kantor Kabinet Jepang hari ini, hasil tersebut membalikkan kontraksi 0,6% (yoy) yang terjadi pada kuartal sebelumnya.
Namun, pertumbuhan ekonomi sebesar 0,1% nyatanya berada di bawah estimasi dan hasil perhitungan sebelumnya sebesar 0,6% (yoy).
Revisi ke bawah mencerminkan berbagai faktor yang dihadapi negara tersebut, termasuk perlambatan ekonomi global dan inflasi yang tinggi.
Baik konsumsi swasta maupun belanja pemerintah memang meningkat, di tengah kontribusi positif dari perdagangan bersih seiring dengan pertumbuhan ekspor dan penurunan impor. Namun, investasi bisnis turun setelah tumbuh di dua kuartal sebelumnya.
Adapun secara kuartalan (quarter-to-quarter/qtq), ekonomi Jepang tercatat stagnan 0%, berada di bawah ekspektasi sebesar 0,2% (qtq).
Meskipun demikian, torehan tersebut sukses membalikkan hasil negatif pada kuartal sebelumnya, yakni kontraksi sebesar 0,3% (qtq).
Di lain sisi, sebagian pelaku pasar di Asia-Pasifik masih mencerna komentar dari Ketua bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell yang mengisyaratkan suku bunga yang lebih tinggi lebih lama.
Pasca kesaksian Senat di depan Komite Jasa Keuangan DPR pada Rabu kemarin, Powell memperingatkan anggota parlemen bahwa tingkat terminal bank sentral kemungkinan akan lebih tinggi dari yang diantisipasi sebelumnya karena data ekonomi yang sangat tinggi.
Artinya ketika data ekonomi yang lebih kuat, maka "tingkat akhir suku bunga kemungkinan akan lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya."
Sementara Powell menekankan selama kesaksiannya bahwa belum ada keputusan yang dibuat tentang pertemuan bulan Maret mendatang,
Namun para investor sepertinya bakal bertaruh pada kenaikan yang lebih besar dari perkiraan. menurut alat FedWatch CME Group memperkirakan bahwa kenaikan suku bunga berada pada 50 basis poin.
The Fed telah menaikkan suku bunga acuannya 8 kali selama setahun terakhir, yang terbaru adalah kenaikan seperempat poin persentase awal bulan lalu yang membawa suku bunga pinjaman semalam ke kisaran target 4,5%-4,75%.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[-]
-
Alert IHSG! Mayoritas Bursa Asia Melemah Lagi
(chd/chd)
Sentimen: negatif (100%)