Sentimen
Negatif (93%)
8 Mar 2023 : 15.45
Informasi Tambahan

BUMN: Garuda Indonesia

Tokoh Terkait

Pasar Cemas Menunggu 'Sabda' Powell, Rupiah pun Lemas

8 Mar 2023 : 15.45 Views 1

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

Pasar Cemas Menunggu 'Sabda' Powell, Rupiah pun Lemas

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali tak berdaya melawan dolar Amerika Serikat (AS). Pada  perdagangan hari ini,  Selasa (7/3/2023) rupiah ditutup diposisi Rp 15.345/US$1. Mata uang Garuda melemah 0,36%.

Pelemahan rupiah didorong karena  risk off sementara investor. Pelaku pasar juga menunggu dengan was-was testimoni Chairman bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell di hadapan senat AS.  Powell akan menghadiri rapat dengar pendapat dengan senat AS malam nanti dan besok (7-8/3/2023).

Testimoni ini diharapkan memberi sinyal dan petunjuk mengenai sejauh mana dan durasi pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS, yang bertujuan untuk membatasi inflasi.

-

-

Pelaku pasar kini berekspektasi jika The Fed akan kembali agresif menaikkan suku bunga acuannya. Sebabnya, pasar tenaga kerja yang kuat, ditambah lagi inflasi kembali naik.

Departemen Tenaga Kerja AS pada awal Februari lalu melaporkan sepanjang Januari perekonomian Paman Sam mampu menyerap 517.000 tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payroll), jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya 260.000 orang.

Inflasi AS juga masih melaju kencang yakni 6,4% (year on year/yoy) pada Januari 2023.

"Kami terus memperkirakan bank sentral akan menaikkan suku bunga kebijakan sebesar 50bp (basis point) pada pertemuan bulan Maret. Namun, ada risiko kenaikan 25bp yang lebih kecil menyusul angka inflasi yang lebih rendah dari perkiraan hari ini," analis di Goldman Sachs kata dalam sebuah catatan, dikutip dari Reuters.

Pelaku pasar juga sangat menantikan laporan ketenagakerjaan AS bulan Februari yang akan dirilis pada hari Jumat.

Penambahan tenaga kerja baru yang mencapai 517.000 pada Februari dikhawatirkan mendorong kembali  inflasi. The Fed pun bisa saja kembali menaikkan suku bunga nya secara agresif mencapai 4,75% - 5%. Ini merupakan kenaikan suku bunga terbesar sejak 40 tahun lalu bagi negeri Paman Sam.

Ketidakpastian hasil revisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2019 aturan pengelolaan Devisa Hasil Ekspor (DHE) juga ikut membuat rupiah melemah.

Ketidakpastian bisa berisiko menganggu likuiditas dolar eksportir. Seperti diketahui,pemerintah menargetkan revisi akan dirilis pada Februari 2023, sejak diumumkan awal tahun. Namun, hingga Maret 2023, rilis revisi PP tersebut tak kunjung diterbitkan.

Ekonom Bank Danamon Irman Faiz mengatakan bahwa aturan PP ini harus segera difinalisasi untuk memberikan kepastian dari sisi likuiditas valas kepada eksportir.

Tentunya eksportir bisa melakukan perencanaan bisnis ke depan. Itu yang penting dari sisi likuiditas valasnya," papar Irman dalam Power Lunch CNBC Indonesia, dikutip Selasa (7/3/2023).

Selain itu, dia menegaskan dengan kepastian revisi PP tersebut, maka eksportir bisa mengatur keuangannya. Pasalnya, simpanan valas eksportir dari margin ekspor juga digunakan untuk membayar utang ataupun penunjang produksi, jika bahan bakunya melalui impor

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]


[-]

-

Ambles! Rupiah Tembus Rp 15.700/USD
(mae/mae)

Sentimen: negatif (93.9%)