Sentimen
Negatif (50%)
7 Mar 2023 : 15.20
Informasi Tambahan

Event: Ramadhan

Kab/Kota: Beijing, Tiongkok

Kasus: covid-19

Tokoh Terkait

IHSG Merana Lagi, Ini Penyebabnya

7 Mar 2023 : 15.20 Views 1

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

IHSG Merana Lagi, Ini Penyebabnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau kembali melemah pada perdagangan sesi I Selasa (7/3/2023), karena investor cenderung wait and see menanti pidato dari Ketua bank sentral Amerika Serikat (AS).

Per pukul 10:50 WIB, IHSG melemah 0,31% ke posisi 6.785,88. IHSG bergerak direntang 6.766,267 - 6.812,959.

Nilai transaksi indeks pada perdagangan sesi I hari ini sudah mencapai sekitaran Rp 4 triliun dengan melibatkan 9 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 592.512 kali.

Tercatat 160 saham menguat, 338 saham menguat, dan 212 saham stagnan.

Secara sektoral, sektor utilitas menjadi yang paling besar koreksinya pada sesi I hari ini, yakni mencapai 1,71%, disusul sektor energi yang terkoreksi hingga 1,55%, dan sektor industri yang melemah 0,9%.

Terpantau empat saham berkapitalisasi pasar besar (big cap) menjadi pemberat laju pergerakan indeks pada perdagangan sesi I hari ini.

Berikut saham-saham yang menjadi pemberat (laggard) IHSG hari ini.

EmitenKode SahamIndeks PoinHarga TerakhirPerubahan HargaBayan ResourcesBYAN-6,7418.450-1,86%Astra InternationalASII-5,845.950-2,06%Merdeka Copper GoldMDKA-2,024.350-1,36%United TractorsUNTR-1,8927.175-1,72%

Sumber: Refinitiv & RTI

Saham emiten batu bara big cap yakni PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menjadi pemberat terbesar IHSG pada perdagangan sesi I hari ini yakni mencapai 6,7 indeks poin.

Sedangkan di posisi kedua, ada saham PT Astra International Tbk (ASII), yang turut memperberat IHSG sebesar 5,8 indeks poin.

Terakhir, ada saham PT United Tractors Tbk (UNTR) yang turut membebani IHSG sebesar 1,9 indeks poin.

Investor cenderung wait and see dan memantau perkembangan dari AS dan China. Di AS, investor menanti pidato dari Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell dihadapan Kongres AS pada malam hari ini.

Powell akan berpidato terkait kebijakan moneter kedepannya, termasuk kebijakan suku bunga acuan. Hal ini tentunya menjadi sinyal suku bunga dari The Fed yang akan menentukan nasib pasar keuangan Indonesia pekan ini.

The Fed telah menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 8 kali selama setahun terakhir, yang terbaru adalah kenaikan seperempat poin persentase awal bulan lalu. Pasar masih terpecah antara menginginkan The Fed menurunkan inflasi, kendati demikian rasa khawatir juga muncul penurunan bakal berlebihan sehingga menyebabkan tekanan ekonomi yang terus berlanjut.

Dari China, sejatinya ada sinyal positif yang terlihat dari ekonominya yang mulai bangkit setelah selama dua tahun lebih bertarung dengan pandemi Covid-19.

Namun, pemerintah Tiongkok memperkirakan pertumbuhan ekonomi mereka hanya akan nada di kisaran 5% pada tahun ini. Padahal, sejumlah analis dan lembaga memproyeksi ekonomi bisa tumbuh di atas 5% setelah hanya tumbuh 3% pada 2022.

Pelonggaran mobilitas serta pembukaan perbatasan internasional semula diyakini bisa mendongkrak ekonomi Beijing. Namun, China justru lebih pesimis dibandingkan pasar.

Hal ini pun membuat pasar khawatir bahwa pemulihan ekonomi di China masih cenderung belum berjalan baik meski pelonggaran kebijakan Covid-19 di China terus dilakukan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


[-]

-

Ramadhan Tinggal 2 Pekan Lagi, Saham Konsumer Big Cap Ngacir
(chd/chd)

Sentimen: negatif (50%)