Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Shanghai
Kasus: covid-19
Tokoh Terkait
Bursa Asia Cerah Sih, Tapi Kok Shanghai China Gak Ikutan?
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka menguat pada perdagangan Senin (6/3/2023), karena investor mencerna lebih lanjut target pertumbuhan China yang ditetapkan dalam sesi parlementernya dan menantikan data ekonomi global pekan ini.
Indeks Nikkei 225 Jepang dibuka melesat 0,9%, ASX 200 Australia menguat 0,51%, Straits Times Singapura naik 0,2%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,8%.
Namun, untuk indeks Hang Seng Hong Kong dan Shanghai Composite China pada pagi hari ini dibuka cenderung melemah. Hang Seng melemah 0,63% dan Shanghai turun 0,15%.
Dari Korea Selatan, inflasi pada periode Februari 2023 cenderung melambat, meredakan kekhawatiran pasar di Negeri Ginseng terhadap sikap bank sentral yang juga memantau dengan cermat risiko luar negeri termasuk pengetatan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) yang lebih tajam.
Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) Korea Selatan periode Februari 2023 dilaporkan turun menjadi 4,8% (year-on-year/yoy), dari bulan sebelumnya sebesar 5,2%.
Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), CPI Negeri Ginseng bulan lalu juga turun menjadi 0,3%, dari sebelumnya pada Januari 2023 sebesar 0,8%.
Namun, bank sentral Korea Selatan (Bank of Korea/BoK) mungkin masih memutuskan untuk menaikkan biaya pinjaman lebih lanjut karena bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) sedang berjuang untuk menahan inflasi AS.
BoK telah menaikan 50 basis poin (bp) dua kali tahun lalu untuk mengimbangi pengetatan The Fed dan memperlambat depresiasi won terhadap dolar AS.
"Fokus sekarang bergeser dari inflasi di dalam negeri ke apa yang terjadi di luar dan Kesenjangan suku bunga yang lebih lebar antara AS serta Korea Selatan akan memberi tekanan pada won," kata An Young-jin, ekonom di SK Securities, dikutip dari Bloomberg.
Untuk saat ini, pasar mengharapkan kenaikan suku bunga lain dari BoK sebagai tanggapan atas pengetatan The Fed lebih lanjut dan sedang menunggu sinyal dari ketua The Fed, Jerome Powell dalam beberapa hari mendatang.
Sementara itu dari China, ekonominya mampu 'mengaum' dan mencatatkan peningkatan tajam selama 2 bulan beruntun. Ini mengisyaratkan bahwa negara yang dipimpin oleh Xi Jinping ini akan bangkit lebih cepat dari yang diperkirakan setelah sempat terseret akibat pembatasan ketat Covid-19.
Sebelumnya, aktivitas manufaktur naik pada laju tercepat dalam lebih dari satu dekade pada Februari, sementara pesanan ekspor meningkat untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun, Biro Statistik Nasional (NBS) mengatakan Rabu lewat laporan Purchasing Managers Indeks (PMI).
Indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur resmi China naik menjadi 51,6 bulan lalu dari 50,1 pada Januari, survei sektor swasta juga menunjukkan aktivitas meningkat untuk pertama kalinya dalam 7 bulan.
PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawahnya adalah kontraksi sementara di atasnya ekspansi.
Di lain sisi, pergerakan bursa Asia-Pasifik pada hari ini cenderung mengikuti pergerakan bursa AS, Wall Street yang juga ditutup menghijau pada perdagangan akhir pekan lalu.
Pada Jumat pekan lalu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melesat 1,17%, S&P500 melonjak 1,61%, dan NASDAQ Composite melejit 1,97%.
Dow Jones membukukan kenaikan 1,75% dan menghentikan penurunan beruntun empat minggu. S&P 500 ditutup naik 1,90% pada minggu ini dan minggu positif pertamanya dalam empat minggu terakhir. Nasdaq mengakhiri minggu 2,58% lebih tinggi.
Imbal hasil (yield) acuan (benchmark) US Treasury 10 tahun turun di bawah ambang batas 4%. Investor telah mengamati 4% sebagai level kunci dalam 10 tahun yang dapat memicu penurunan saham lainnya. Pada saat pekan lalu ketika Treasury 10 tahun naik di atas titik itu, saham mundur.
Treasury 10 tahun adalah suku bunga acuan yang memengaruhi hipotek dan pinjaman mobil, sehingga penembusan imbal hasil dapat mempengaruhi perekonomian.
"Pasar saham sangat sensitif terhadap imbal hasil obligasi pada saat ini dan mencari jeda untuk kenaikan imbal hasil baru-baru ini," kata Yung-Yu Ma, kepala strategi investasi BMO Wealth Management, dikutip CNBC International.
Sentimen pasar mendapat dorongan setelah Presiden The Fed Atlanta, Raphael Bostic mengatakan bahwa dia mendukung The Fed dapat mempertahankan kenaikan suku bunga menjadi 25 bp daripada kenaikan setengah poin yang disukai oleh beberapa pejabat lainnya.
Namun, Gubernur The Fed Christopher J. Waller memberikan nada yang lebih keras dalam komentarnya kepada Koalisi Bank Ukuran Menengah Amerika, meningkatkan kemungkinan jika angka inflasi tidak turun. Dia merujuk pada pembacaan terbaru dari indeks harga konsumen dan laporan pengeluaran konsumsi pribadi.
"Jika laporan data tersebut terus masuk terlalu panas, kisaran target kebijakan harus dinaikkan lebih jauh tahun ini untuk memastikan bahwa kita tidak kehilangan momentum yang ada sebelum data untuk Januari dirilis," kata Waller.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[-]
-
Alert IHSG! Mayoritas Bursa Asia Melemah Lagi
(chd/chd)
Sentimen: negatif (96.6%)