Sentimen
Positif (88%)
2 Mar 2023 : 17.17
Informasi Tambahan

Kasus: korupsi

Budi Waseso: Mafia Biasanya Mengganti Kemasan Beras Bulog, Kemudian Harga Dinaikkan

2 Mar 2023 : 17.17 Views 4

Liputan6.com Liputan6.com Jenis Media: Ekonomi

Budi Waseso: Mafia Biasanya Mengganti Kemasan Beras Bulog, Kemudian Harga Dinaikkan

Jadi, jika sudah pada tahap stoknya berkurang, baru diambil langkah impor?

Ya seperti yang kemarin, kemarin kan secara hitungan kita rapat berkali-kali, akhirnya secara hitungan memang kita kekurangan. Nah kekurangan tidak bisa karena beras itu kan ada proses penanamannya, berarti kan kita menunggu sekian waktu untuk ada produksi. Maka untuk kekurangan menjelang produksi waktu itu kita mendatangkan. Maka kemarin diputus untuk mendatangkan 500.000 ton.

Meski Bulog sudah bekerja keras, respons masyarakat tetap saja ada positif dan negatif. Ada yang bilang beras Bulog memang murah, tapi kualitasnya jelek. Bagaimana Bapak menanggapinya?

Wajar ya kalau ada kritikan itu. Namun sekarang boleh dicek ya. Masyarakat boleh bebas mengecek di gudangnya Bulog, melihat. Karena memang dulu ya, dulu memang iya, beras kita itu ada kutunya, kadang berbau ya kan, itu karena memang kita waktu itu ada tugas menyediakan untuk stok, stok cadangan beras pemerintah karena kebutuhannya untuk salah satunya untuk rastra ya.

Dulu itu ada bansos, bantuan sosial atau bentuknya dulu rastra. Tapi dalam perjalananya 2018 itu sudah terhenti, sehingga ada 2,6 juta ton yang sudah kita sediakan untuk kegiatan itu terhenti. Nah, akibatnya ya tadi akan ada turun mutu, namanya juga beras kan. Nah ini pasti terus akan turun mutu, walaupun kita rawat, kita rawat terus itu pasti ada penurunan kualitas.

Termasuk beras untuk stok itu?

Justru yang di stock tadi, yang disimpan. Kan disimpan itu memerlukan perawatan. Ada fumigasi gitu ya, terus ada pembalikan karung atau posisi yang tadinya di bawah diputar di atas itu harus rutin. Kalau nggak nanti yang di bawah karena kena beban cepat rusak ya.

Nah difumigasi itu untuk menghambat adanya kutu, ya kan, nah itu juga kita fumigasi. Itu memang akhirnya menjadi cost tinggi. Tapi ya secara alaminya memang namanya pangan itu secara lambat laun ya pasti kualitasnya akan turun. Nah itulah kenapa dulu salah satu yang mengakibatkan mutu dari beras Bulog jadi rendah atau kurang baik.

Nah, imej itu terbangun ya. Kalau sekarang sudah enggak, karena kita sudah ada prosedur tetap ya, artinya dikala kita mengeluarkan beras dari Bulog itu harus melalui proses, melalui mesin. Namanya rice to rice, jadi diproses lagi, ada yang apa, debunya ditiup gitu ya, itu hilang terus diproses melalui mesin sehingga kutu nggak ada, telornya juga nggak ada. Jadi bersih lagi.

Tapi tanda kutip mafia tadi, dia selalu membuat imej negatif untuk Bulog. Suaranya itu selalu bahwa beras Bulog jelek, beras Bulog bau, jadi selalu ditampilkan. Bahkan mereka berkali-kali kita tangkap, kita temukan karungnya, karungnya Bulog, tapi berasnya bukan beras Bulog, berasnya jelek-jelek yang sudah bau dimasukkan situ, terus diedarkan, ditukar.

Jadi nanti namanya Bulog yang negatif, jelek lagi. Jadi imej itu yang selalu dibangun oleh kelompok-kelompok itu. Tapi sekarang kita boleh lihat tidak ada lagi ya kan, beras Bulog itu beras lama, udah nggak ada beras yang itu, yang jelek-jelek nggak ada.

Begitu kondisinya sekarang. Dan kita sudah memproduksi juga 100 merek produk beras komersil dengan merek-merek komersil ya. Jadi kadang-kadang orang tidak tahu kalau itu produksi Bulog, gitu.

Presiden Jokowi pernah mengatakan Bulog memutuhkan sosok yang tegas dan berani seperti Bapak untuk memimpin Bulog. Bagaimana Bapak menanggapi ucapan Presiden?

Saya kira Pak Jokowi punya alasan tersendiri, penilaian sendiri. Tapi sebenarnya dimanapun, bukan hanya di Bulog, kita memang harus berani. Bekerja itu kan harus ada keberanian dan harus tegas, tegas pada aturan, ketentuan, iya kan? Sehingga kalau ada yang ingin melakukan perlawanan ya harus dihadapi gitu loh, ya kan?

Karena itu adalah penyimpangan, tidak boleh dibiarkan gitu ya. Dan kejadian itu kan bukan hanya dari luar, mungkin juga dari dalam, iya kan? Jadi kita itu kalau mau bekerja baik itu ya kita harus siapkan diri kita sendiri, kita sudah baik atau belum? Kita sudah bersih atau tidak?

Ada istilah kalau mau membersihkan lantai ya sapunya harus bersih, ya kan? Seperti itulah kurang lebih istilahnya. Nah kemungkinannya pertimbangan salah satunya Pak Jokowi menempatkan saya di sini karena latar belakang saya yang seorang polisi.

Apalagi mantan Kabareskrim juga ya, Pak?

Itu kebetulan saja. Tapi yang jelas yang melatarbelakangi yang menjadi pertimbangan adalah karena seorang polisi. Kalau polisi itu kan aparat penegak hukum, pasti dia tahu hukum dan dia yang menegakkan hukum. Nah itulah salah satu pertimbangannya. Jadi saya selalu memimpin pada aturan, berangkatnya dari aturan seperti apa sih aturannya, pedomani itu, laksanakan seperti itu.

Lantas, bagaimana Bapak menangani pegawai yang ada di Bulog? Apakah pendekatannya sama dengan saat memimpin di Polri?

Ada yang sama, ada yang berbeda. Dalam kedisiplinan iya, harus tetap sama dengan di kepolisian. Disiplin karena orang itu modal dasarnya ya harus disiplin. Memegang teguh aturan iya, karena di sini pun ada aturan, ada ketentuan, ada kesepakatan. Hanya di sini tidak ada sistem komando ya kan?

Jadi kalau di sini umpamanya saya maunya A belum tentu A karena mereka punya pemikiran masing-masing dan punya ketentuan masing-masing boleh. Yang penting di sini adalah bagaimana kita mencapai tujuan itu dengan peran kita masing-masing, ya kan?

Mungkin bagi marketing, ayo berpikir sebagai marketing. Bagian produksi silakan konsentrasi pada produksi, ya kan? Nah, bagian kontrol manajemen bagaimana? Ya bekerjalah sesuai bidangnya. Sehingga pencapaian tujuan kita ini betul-betul bisa kita raih.

Bagaimana dengan kasus 500 ton beras di Pinrang, apakah ada keterlibatan orang dalam?

Di Pinrang itu kan pelanggaran, justru itu jadi satu contoh. Jadi jangan kita bicara bahwa kejahatan atau mafia itu dari luar, bisa juga dari dalam. Itu salah satu bukti karena ada bekerja sama dengan mafia di luar. Dia bagian dari kepanjangan mafia itu, kan gitu. Tidak mungkin bisa mafia bergerak kalau tidak ada kerja sama dari dalam pada kejadian itu.

Sampai sekarang prosesnya sudah sejauh mana, Pak?

Sekarang sudah dilakukan penahanan, ditangani oleh kejaksaan. Jadi dalam proses penegakan hukum ini dikembangkan oleh kejaksaan, ya saya terima kasih dari pihak kejaksaan karena ini memang perlu penegakan hukum ya.

Tanpa dibantu penegak hukum oleh aparat penegak hukum, dalam hal ini kejaksaan, ya nantinya nggak beres-beres gitu ya, bisa jadi penyakit menular ya. Karena ini betul-betul kejahatan, menurut saya kejahatan luar biasa ya, termasuk korupsi, termasuk ini juga penggelapan, penipuan.

Artinya dalam kasus ini ada pelaku dari internal dan sudah dijatuhi sanksi?

Oh iya, oknumnya ada. Dan itu kan saya sekarang saya telusuri. Jadi saya sudah sampaikan, dua tingkat di atasnya itu harus bertanggung jawab. Jadi kalau saya kan ada sistem pengawasan melekat, secara berjenjang. Sekarang kita mintai pertanggungjawaban, sekarang kita periksa di internal kita.

Itu bisa terjadi pada sistem pengawasan, yang bagian pengawasan pekerjaannya seperti apa? Dia melakukan nggak? Nah kalau dia tidak melakukan, dia memberi peluang, ya kan. Berarti, ini sudah ada pengawasan berarti aman, maka itu memberi kesempatan orang.

Berarti ada kelonggaran ya?

Ya itu. Karena dia tidak menjalankan kewajibannya sebagai pengawas. Terus juga itu bagaimana sistem kendalinya, dari atasannya, kan gitu ya. Ada nggak secara berkala dilakukan pengecekan? Kalau nggak ada berarti tidur dong? Atau memang dia pura-pura nggak tahu, atau dia terlibat memerintahkan anak buahnya, kan begitu ya.

Jadi seperti saya, kalau anak buah saya salah, harus ditariknya ke saya, sejauh apa ya kan? Sejauh apa perintahnya saya atau apa yang saya sampaikan, apa yang saya lakukan kepada bawahan, pengawasannya, saya lakukan nggak? Kalau nggak ya anak buah atau staf itu salah karena pimpinannya ikut terlibat, ikut bertanggung jawab, kaya begitu.

Sentimen: positif (88.9%)