Sentimen
Positif (72%)
26 Feb 2023 : 21.22

Inflasi Bakal Jadi Perhatian Pekan Depan, Pasar Gejolak Lagi?

27 Feb 2023 : 04.22 Views 1

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi

Inflasi Bakal Jadi Perhatian Pekan Depan, Pasar Gejolak Lagi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan di Indonesia pada pekan ini cenderung kurang menggembirakan, karena pasar kembali khawatir dengan sikap bank sentral Amerika Serikat (AS) yang masih hawkish dalam beberapa bulan ke depan.

Melansir data Refinitiv, dalam sepekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat melemah 0,57% dan ditutup di level 6.856,58. Pada pekan ini, IHSG masih cenderung bertahan di level psikologis 6.800.

Dalam lima hari perdagangan pada pekan ini, IHSG hanya menguat pada perdagangan Kamis dan Jumat, sedangkan sisanya melemah. Bahkan pada perdagangan Rabu pekan ini, IHSG sempat ambles nyaris 1%.

-

-

Foto: Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Data pasar menunjukkan investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih senilai Rp 303,2 miliar di seluruh pasar sepanjang pekan ini.

Sedangkan rupiah juga bernasib sama yakni tak kuat melawan dolar Amerika Serikat (AS) di pekan ini. Rupiah melemah 0,13% secara point-to-point (ptp) ke posisi Rp 15.220/US$.

IHSG dan rupiah yang cenderung kurang menggembirakan salah satunya disebabkan oleh investor yang khawatir akan resesi global akibat kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang masih hawkish.

Pejabat The Fed pada risalah pertemuan terbaru mereka mengindikasikan bahwa bakal ada kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Risalah rapat menyatakan ada tanda-tanda inflasi turun, tetapi tidak cukup untuk mengimbangi kebutuhan kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Beberapa anggota mengatakan bahwa mereka menginginkan kenaikan setengah poin, atau 50 basis poin (bp). Kenaikan sebesar itu akan menunjukkan tekad yang lebih besar untuk menurunkan inflasi ke target yang dicanangkan.

"Inflasi tetap jauh di atas target The Fed di 2% karena pasar tenaga kerja yang tetap sangat ketat, berkontribusi pada tekanan kenaikan yang terus berlanjut pada upah dan harga," terang risalah tersebut.

Di lain sisi, dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) mencatat surplus transaksi berjalan tahun 2022 naik signifikan mencapai 13,2 miliar dolar AS atau 1,0% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka surplus ini lebih tinggi dibandingkan dengan capaian surplus tahun 2021 sebesar 3,5 miliar dolar AS atau 0,3% dari PDB.

Foto: Ist
Bank Indonesia

Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono mengungkapkan kinerja tersebut terutama didukung oleh peningkatan ekspor sejalan dengan harga komoditas global yang masih tinggi dan permintaan atas komoditas Indonesia yang tetap baik, di tengah impor yang juga meningkat seiring perbaikan ekonomi domestik.

NPI secara keseluruhan tahun 2022 kembali membukukan surplus sebesar 4,0 miliar dolar AS, setelah pada tahun sebelumnya mencatat surplus 13,5 miliar dolar AS.

Sejalan dengan ini, Transaksi berjalan pada akhir triwulan IV juga kembali mencatat surplus sebesar 4,3 miliar dolar AS atau 1,3% dari PDB, tetapi capaian surplus sedikit melambat pada triwulan sebelumnya sebesar 4,5 miliar dolar AS atau 1,3% dari PDB.

Penguatan rupiah tidak terlalu besar sebab meski transaksi berjalan surplus yang ditopang oleh neraca perdagangan yang surplus 33 bulan beruntun, tetapi devisa hasil ekspor (DHE) tidak berada di dalam negeri. Artinya, di atas kertas surplus, tetapi duitnya di luar negeri.

Sentimen: positif (72.7%)