Hantu 'Resesi' Makin Nyata, Rupiah Keok Minggu Ini
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah sepanjang pekan ini. Surplus transaksi berjalan belum mampu melawan dolar Amerika Serikat yang didorong oleh The Fed.
Mengacu data Refinitiv rupiah melorot 0,13% pada minggu ini ke Rp15.220/US$. Selama lima hari perdagangan tercatat rupiah hanya dua kali saja mampu mengungguli dolar AS yakni pada perdagangan Senin (20/2/2023) dan Kamis (23/2/20223).
Pada saat itu rupiah menguat 0,3% ke Rp 15.155/US$ di pasarspot terdorong oleh. Transaksi berjalan (current account) Indonesia mampu mencatat surplus sepanjang 2022, yang memberikan sentimen positif ke rupiah.
Bank Indonesia (BI) mencatat surplus transaksi berjalan tahun 2022 naik signifikan mencapai 13,2 miliar dolar AS atau 1,0% dari PDB. Angka surplus ini lebih tinggi dibandingkan dengan capaian surplus tahun 2021 sebesar 3,5 miliar dolar AS atau 0,3% dari PDB.
Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono mengungkapkan kinerja tersebut terutama didukung oleh peningkatan ekspor sejalan dengan harga komoditas global yang masih tinggi dan permintaan atas komoditas Indonesia yang tetap baik, di tengah impor yang juga meningkat seiring perbaikan ekonomi domestik.
NPI secara keseluruhan tahun 2022 kembali membukukan surplus sebesar 4,0 miliar dolar AS, setelah pada tahun sebelumnya mencatat surplus 13,5 miliar dolar AS.
Sejalan dengan ini, Transaksi berjalan pada akhir triwulan IV juga kembali mencatat surplus sebesar 4,3 miliar dolar AS atau 1,3% dari PDB, tetapi capaian surplus sedikit melambat pada triwulan sebelumnya sebesar 4,5 miliar dolar AS atau 1,3% dari PDB.
Penguatan rupiah tidak terlalu besar sebab meski transaksi berjalan surplus yang ditopang oleh neraca perdagangan yang surplus 33 bulan beruntun, devisa hasil ekspor (DHE) tidak berada di dalam negeri. Artinya, di atas kertas surplus, tetapi duitnya di luar negeri.
Kemudian pelemahan rupiah disebabkan oleh akibat investor yang khawatir akan resesi global akibat kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve/The Fed yang masih hawkish.
Pejabat The Fed pada risalah pertemuan terbaru mereka mengindikasikan bahwa bakal ada kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Risalah rapat menyatakan ada tanda-tanda inflasi turun, tetapi tidak cukup untuk mengimbangi kebutuhan kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Beberapa anggota mengatakan bahwa mereka menginginkan kenaikan setengah poin, atau 50 basis poin. Kenaikan sebesar itu akan menunjukkan tekad yang lebih besar untuk menurunkan inflasi ke target yang dicanangkan.
Inflasi "tetap jauh di atas" target Fed 2% sebab pasar tenaga kerja yang "tetap sangat ketat, berkontribusi pada tekanan kenaikan yang terus berlanjut pada upah dan harga."
Pejabat The Fed pada risalah pertemuan terbaru mereka mengindikasikan bahwa bakal ada kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Risalah rapat menyatakan ada tanda-tanda inflasi turun, tetapi tidak cukup untuk mengimbangi kebutuhan kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Beberapa anggota mengatakan bahwa mereka menginginkan kenaikan setengah poin, atau 50 basis poin. Kenaikan sebesar itu akan menunjukkan tekad yang lebih besar untuk menurunkan inflasi ke target yang dicanangkan.
Inflasi "tetap jauh di atas" target Fed 2% sebab pasar tenaga kerja yang "tetap sangat ketat, berkontribusi pada tekanan kenaikan yang terus berlanjut pada upah dan harga."
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
-
Money Changer Jual Dolar Rp 15.705 Hari Ini(ras/ras)
Sentimen: positif (72.7%)