Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Washington, Shanghai
Tokoh Terkait
Bursa Asia Ditutup Menguat, Shanghai Terbang 2% Lebih
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup menguat pada perdagangan Senin (20/2/2023) awal pekan ini, di tengah sikap investor yang menanti rilis data ekonomi dan agenda penting pekan ini, termasuk rapat bank sentral Amerika Serikat (AS).
Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup naik tipis 0,07% ke posisi 27.531,9, Hang Seng Hong Kong melesat 0,81% ke 20.886,96, Shanghai Composite China melejit 2,06% ke 3.290,34, ASX 200 Australia juga naik tipis 0,06% ke 7.351,5, dan KOSPI Korea Selatan menguat 0,16% menjadi 2.455,12.
Sedangkan untuk indeks Straits Times Singapura ditutup melemah 0,59% ke 3.308,75 dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir turun tipis 0,01% menjadi 6.894,72.
Dari China, bank sentral (People Bank of China/PBoC) pada hari ini memutuskan untuk kembali mempertahankan suku bunga acuan, sebagai langkah untuk memperkuat dukungan keuangan.
Suku bunga pinjaman acuan (loan prime rate/LPR) China tenor 1 tahun masih tetap di level 3,65%, sedangkan LPR tenor 5 tahun juga masih di level 4,3%.
Hal ini tentunya sesuai dengan prediksi pasar dalam polling Reuters yang memperkirakan PBoC tidak akan mengubah sikapnya, untuk memperkuat dukungan keuangan.
Namun, ekonom menunjuk ke data pemerintah terbaru yang menunjukkan pinjaman baru melonjak ke rekor 4,9 triliun yuan (US$ 713 miliar) pada Januari lalu.
Pada pekan ini, pelaku pasar akan memantau serangkaian rilis data ekonomi seperti rapat FOMC, data aktivitas manufaktur (Purchasing Manager's Index/PMI), inflasi di Jepang, dan keputusan suku bunga bank sentral Korea Selatan (Bank of Korea/BoK).
Di lain sisi, pasar cenderung mengabaikan prediksi dari Goldman Sachs dan Bank of America, yang memperkirakan masih akan ada tiga kenaikan suku bunga lagi masing-masing naik 25 basis poin (bp) oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Perkiraan tersebut tak lepas dari ekonomi AS yang masih solid dan inflasi Januari yang tumbuh di atas ekspektasi pasar.
Ekonomi yang solid dipandang menjadi momentum bagus untuk terus menaikkan suku bunga dalam upaya menurukan angka inflasi.
Untuk diketahui, inflasi AS pada Januari lalu tumbuh 6,4% (year-on-year/yoy). Angka tersebut berada di atas ekspektasi yakni 6,2% (yoy) dan berada jauh dari target bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yaitu 2%.
Meski begitu, harapan pelaku pasar bahwa kenaikan suku bunga akan segera berhenti pada pertemuan Juli atau dua kali pertemuan lagi pun kembali pupus jika hal demikian benar-benar terjadi.
Perlu diketahui, Ketua The Fed, Jerome Powell menegaskan kembali bahwa proses disinflasi telah dimulai, khususnya di sektor barang, dan bahwa The Fed memiliki alat untuk menurunkan inflasi ke target 2%.
Ketika berbicara di Economic Club of Washington pada saat yang sama, ketika ditanya tentang laporan pekerjaan Januari yang kuat, komentar Powell tidak menunjukkan bahwa itu akan mengubah pendekatan bank sentral terhadap kenaikan suku bunga di masa depan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[-]
-
Sinyal Nggak Enak Buat IHSG Nih... Bursa Asia Loyo Lagi
(chd/chd)
Sentimen: positif (48.5%)