Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Washington
Tokoh Terkait
Indonesia siap tingkatkan ekspor produk kayu ke AS
Elshinta.com Jenis Media: Nasional
Tangkapan layar -Webinar bertajuk `Unlocking Wood Product Business Opportunities in The US Market: Why Indonesian Wood Products are Your Ideal Choice`, di Kedutaan Besar RI di Washington DC pada, Kamis 16 Februari 2023. (ANTARA/HO/APHI)
Elshinta.com - Pemerintah dan pelaku usaha Indonesia siap bersinergi untuk meningkatkan ekspor produk kayu dan turunannya ke Amerika Serikat (AS) yang dinilai masih terbuka luas.
Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri, Umar Hadi dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu mengatakan berbagai tantangan yang ada bakal dicarikan solusi secara bersama-sama agar pangsa pasar produk kayu Indonesia di AS dapat terus meningkat.
"Kita harus optimis dapat memperluas pasar di Amerika Serikat karena terdapat ruang yang luas untuk pertumbuhan dan ekspansi lebih lanjut,” ujarnya pada Webinar bertajuk Unlocking Wood Product Business Opportunities in The US Market: Why Indonesian Wood Products are Your Ideal Choice, di Kedutaan Besar RI di Washington DC pada 16 Februari 2023.
Umar Hadi mengharapkan ke depan bisa tercipta kesempatan besar untuk menjajaki kemitraan antara pelaku bisnis potensial kedua negara.
Sementara itu Duta Besar Indonesia untuk AS Rosan P. Roeslani mengungkapkan produsen produk kayu Indonesia harus menggarap serius pasar AS, karena permintaan produk kayu Indonesia di AS terus tumbuh ditopang oleh produk furnitur untuk kebutuhan perumahan maupun perkantoran.
"Dalam beberapa tahun ke depan permintaan produk furnitur diproyeksi akan terus meningkat seiring perubahan selera pada produk yang sesuai dengan gaya hidup yang ramah lingkungan," katanya.
Menurut Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Agus Justianto Indonesia telah menambahkan indikator yang terkait aspek kelestarian sehingga SVLK kini bertransformasi menjadi Sistem Verifikasi Legalitas dan Kelestarian (SVLK) yang memberi jaminan pada legalitas juga kelestarian produk kayu yang diekspor ke manca Negara.
"Berbasis SVLK, ekspor produk kayu Indonesia tercatat mencapai 14,51 miliar dolar AS, tertinggi sepanjang sejarah dan naik 7 persen secara year on year (yoy) dimana tahun 2021 ekspor tercatat sebesar 13,5 miliar dolar AS," katanya.
Agus menambahkan, AS menjadi tujuan ekspor terbesar kedua di bawah China dengan nilai mencapai 2,23 miliar dolar AS. Produk yang diminati konsumen AS adalah furnitur kayu, plywood (panel kayu), dan kertas.
Salah satu produk yang diminati pasar AS adalah kayu lapis tipis dengan ketebalan 2,7 mm yang dimanfaatkan untuk pembuatan mobil karavan.
Ketua Umum Forum Komunikasi Masyarakat Perhutanan Indonesia (FKMPI) Indroyono Soesilo menyatakan Indonesia punya peluang untuk terus meningkatkan ekspor.
Salah satu alasannya adalah AS mengenakan bea masuk yang tinggi kepada produk-produk asal China, yang merupakan eksportir produk kayu terbesar ke sana.
Selain itu, Indonesia juga mendapat fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) dari AS sehingga beberapa produk kayu bebas bea masuk.
“Kalau pangsa pasar kita bisa dinaikkan 100 persen dari saat ini sekitar 2 miliar dolar AS, baru sekitar 4 miliar dolar AS. Masih kecil jika dibandingkan dengan potensinya yang mencapai 63 miliar dolar AS,” kata Indroyono yang juga Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) .
Dia menuturkan, promosi secara gencar dan bersama-sama perlu dilakukan agar konsumen di AS bisa semakin menerima produk kayu Indonesia. Indroyono juga sepakat soal perlunya membangun pusat pameran secara permanen di AS seperti yang diusulkan oleh HIMKI dan menyiapkan gudang.
Ketua Presidium HImpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia HIMKI Abdul Sobur, menyatakan, pasar AS perlu digarap serius karena dari ekspor produk hasil hutan Indonesia, furnitur menempati peringkat terbesar.
"Ini juga selaras dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menargetkan ekspor furnitur dapat mencapai 5 miliar dolar AS pada tahun 2024," katanya pada acara yang diikuti oleh 100 peserta yang terdiri dari para pengusaha industri kayu baik di Indonesia maupun di berbagai wilayah di Amerika Serikat.
Sentimen: positif (99.6%)