Bank Mau Tekan Kredit Bermasalah, Begini Jurusnya
Detik.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta -
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN membidik rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) bisa turun ke level 2,9%. Direktur Utama BTN Haru Koesmahargyo mengatakan untuk mengurangi rasio kredit bermasalah ini ada perbaikan dalam proses bisnis dari tahun lalu.
Sementara saat ini NPL masih berada pada level di atas 3%. "Diupayakan 2,9%. Pokoknya 3% lah maksimum di 2023," kata Haru dalam konferensi pers, Kamis (16/2/2023).
Periode 2022, NPL gross Bank BTN mencapai 3,38 persen. Sementara rasio pencadangan (coverage ratio) Bank BTN pun tetap naik sebesar 1.383 bps yoy menjadi 155,65% per 31 Desember 2022. Rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) Bank BTN mencapai sebesar 16,13% atau naik 233 bps per 31 Desember 2022.
Menurut Haru berbagai upaya yang dilakukan BTN mampu membuat sebagian kredit bermasalah tersebut kembali normal. Sementara untuk kredit yang tak juga membaik, BTN melakukan penyelesaian, salah satunya dengan penjualan aset.
"Terhadap kredit yang sudah ada direstrukturisasi dengan adanya upaya tersebut maka NPL sebagian sudah bisa kembali menjadi normal dan performing dan tidak membaik dan kita lakukan penyelesaian penjualan aset dan komersial aset sales untuk aset bermasalah ke pihak ketiga," jelas dia.
Periode 2022 BTN berhasil menyalurkan kredit dan pembiayaan tumbuh sebesar 8,53% yoy dari Rp 274,83 triliun menjadi Rp 298,28 triliun per 31 Desember 2022. Kredit pemilikan rumah (KPR) masih menjadi motor terbesar pergerakan bisnis Bank BTN.
Secara total, KPR di Bank BTN tumbuh 9,23% yoy menjadi Rp 233,68 triliun per 31 Desember 2022. Di segmen ini, KPR Subsidi tumbuh 11,61% yoy menjadi Rp 145,86 triliun pada akhir 2022. Dengan kinerja tersebut, Bank BTN tercatat masih memimpin pasar KPR Subsidi dengan pangsa sebesar 83%.
Unit usaha syariah di halaman berikutnya. Langsung klik
Sentimen: positif (97.7%)