Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Shanghai
Kasus: kebakaran
Tokoh Terkait
Bursa Asia Kebakaran, Hang Seng-STI-KOSPI Paling Parah
CNBCindonesia.com Jenis Media: Ekonomi
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik ditutup berjatuhan pada perdagangan Rabu (15/2/2023), di mana investor cenderung merespons negatif dari data inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi dari prediksi pasar.
Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup melemah 0,37% ke posisi 27.501,9, Hang Seng Hong Kong ambles 1,43% ke 20.812,17, Shanghai Composite China terkoreksi 0,39% ke 3.280,49, ASX 200 Australia merosot 1,06% ke 7.352,2.
Sedangkan untuk indeks Straits Times Singapura ambrol 1,13% ke 3.280,82, KOSPI Korea Selatan tergelincir 1,53% ke 2.427,9, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terdepresiasi 0,39% menjadi 6.914,54.
Dari China, bank sentral (People Bank of China/PBoC) memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga fasilitas pinjaman jangka menengah (medium term lending facility/MLF) di level 2,75% pada hari ini.
Dalam sebuah pernyataan, PBoC mengatakan hal ini dilakukan untuk menjaga likuiditas sistem perbankan tetap memadai pada tingkat yang wajar, menambahkan bahwa hal ini sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan lembaga keuangan.
Inflasi di AS menjadi penyebab pasar kembali pesimistis. Pada Januari lalu, inflasi dilaporkan tumbuh 6,4% (year-on-year/yoy), turun dari bulan sebelumnya 6,5%. Tetapi, rilis tersebut lebih tinggi dari ekspektasi 6,2% (yoy).
Artinya, inflasi di AS masih sulit untuk turun. Pasar melihat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan kembali agresif menaikkan suku bunga acuannya.
Sebelumnya, pasar melihat The Fed akan menaikkan suku bunga satu kali lagi pada Maret. Data terbaru dari perangkat FedWatch milik CME Group menunjukkan pasar melihat Jerome Powell dkk akan menaikkan suku bunga 3 kali lagi hingga menjadi 5,25% - 5,5%.
Artinya, ekspektasi tersebut lebih tinggi dari proyeksi The Fed 5% - 5,25%. Bukan tanpa alasan, Powell yang merupakan ketua The Fed sebelumya menyatakan suku bunga bisa lebih tinggi dari proyeksi jika inflasi kembali naik.
"Kenyataannya kami bertindak berdasarkan data. Jadi jika kita terus melihat data, misalnya pasar tenaga kerja yang kuat atau inflasi yang kembali meninggi, itu akan membuat kami kembali menaikkan suku bunga dan bisa saja lebih tinggi dari yang diprediksi sebelumnya," ujar Powell, sebagaimana dilansir CNBC International, Rabu (8/2/2023).
Padahal sebelum pembacaan inflasi AS, pelaku pasar percaya bahwa kenaikan suku bunga The Fed akan terhenti pada pertemuan Juni nanti.
Namun, data tenaga kerja AS yang masih cukup kuat dan inflasi yang masih berada jauh di atas target The Fed di 2%, membuat bank sentral paling powerful di dunia tersebut masih belum akan mengubah sikapnya menjadi dovish, meski sebelumnya The Fed sudah memberikan 'kode' bahwa inflasi sudah mencapai puncaknya.
Asal tahu saja, kenaikan suku bunga bakal membuat ekonomi semakin melambat bahkan jatuh ke jurang resesi.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[-]
-
Sinyal Nggak Enak Buat IHSG Nih... Bursa Asia Loyo Lagi
(chd/chd)
Sentimen: negatif (99.9%)